koalisi
kampanye negatif, duduk sama menjinjing vs berdiri sama memikul
Tergantung
nilai, kadar pesanan. Mau diinteraksikan secara aktif edukatif dengan pitutur
luhur “mikul dhuwur
mendhem jero”, tergantung
kesepakatan untuk sepakat. Ujaran tadi maksudnya adalah: mikul dhuwur tegesé bisa nggawé arum asmané wong tuwa, déné mendhem jero tegesé bisa nutupi cacadé wong tuwa.
Semua
bisa dilakukan sambil tahan tawa. Soal adegan rekayasa, manipulasi acara, maupun
atraksi-atraksian. Siapa mau jadi apa. Tidak hanya itu. Selama satu periode
lakon, mau jadi apa saja. Kuat bayarannya dan berani malu komplit.
Masalah
utama yang menggigit, fakta lawan makna dari pitutur luhur yang mendominasi jiwa panguwasa. Aneka ujaran fungsi
rasa benci, nista diri, bodoh rupa. Bisa ditemui atau dilakukan oleh pengguna
aktif media sosial. Loyalis tulen penguasa yang siap berjibaku. Tim sukses
menjadi lawan terselubung, pesaing berlapis, rivalitas ganda.
Hebatnya
paslon capres dan cawapres, semuanya sudah punya susunan kabinet. Sebagai penyemangat.
Karena lengah sedikit, kursi diserobot teman sebangku. Argo politik memacu
adrenalin semua pihak bekepentingan.
Fokus
ke pilpres 2019, tak heran kemelut pemilu legislatif tampak adem ayem di
permukaan. Sebagai penentu langkah pilpres 2024. Perang dingin antar parpol
semakin memanas. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar