Lé ,
tanganmu ojo nganti kemlawé lan tengkureb
Kisah nyata yang dinyatakan
sedemikan bangganya oleh anak manusia Jawa berjuluk pak Rakhmat. Selalu menjadi
cerita kebanggaan, tanpa risi. Beliau memang lebih tua daripada NKRI. Pernah memegang
pistol serdadu Dai Nippon.
Betapa tidak bangga dan mongkok
hati. Waktu kecil, usia balita, ybs mendapat wejangan dari mbah puterinya. Sampai
sekarang, wejangan itu selaku diluncurkan dari mulutnya, tanpa diminta oleh
siapa pun. Agar meyakinkan, disertai peragaan tangan. Sambil tangannya menepuk
pundak lawan bicara.
Bangku kuliah yang diliwati sampai
wisuda S1, bahkan rangkap. Yaitu S1 Hukum UI dan S1 Psikologi UI. Kesehariannya,
liwat ujaran, cuap, ucapnya tak terdengar derajat keilmuannya. Apalagi cerdas
dirinya. Penampilan fisik memang sesuai derajat keilmuannya. Jelas, bukan salah
UI. Apalagi salah ortunya.
Begitu dominannya wejangan dari mbah
puterinya. Sampai menjadi andalan,pedomaan hidupnya. Diperkuat dengan bukti
diri, waktu pelonco di SMA 3 Yogyakarta, mendapat nama pelonco ‘ajimat’. Semakin yakin dengan
tuah tangannya.
Entah darimana, orang atau teman
kerjanya, memanggil beliau dengan celukan pak Pur. Nama ‘Rakhmat’ dipakai atau
dikenal di tempat tinggal kami. Sejak akhir 1990-an. Herannya, ada anak-anak
memanggil mbah Pur. Ybs bangga dengan celukan tsb. Bukan soal keberatan nama.
Agar pembaca tak bosan, apalagi
pihak yang sua ybs. Banyak yang menghindar agar tak terkontaminasi. Jelas. Bukan
karena ybs merasa sebagai mantan pejabat Departemen Kumham merasa turun derajat
jika duduk di lantai masjid. Sesuai “petuah” mbah puterinya. Opo iyo . . . Pensiun pun masih
mengantongi pistol pemerintah. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar