Halaman

Jumat, 21 September 2018

Lé , tanganmu ojo nganti kemlawé lan tengkureb


Lé , tanganmu ojo nganti kemlawé lan tengkureb

Kisah nyata yang dinyatakan sedemikan bangganya oleh anak manusia Jawa berjuluk pak Rakhmat. Selalu menjadi cerita kebanggaan, tanpa risi. Beliau memang lebih tua daripada NKRI. Pernah memegang pistol serdadu Dai Nippon.

Betapa tidak bangga dan mongkok hati. Waktu kecil, usia balita, ybs mendapat wejangan dari mbah puterinya. Sampai sekarang, wejangan itu selaku diluncurkan dari mulutnya, tanpa diminta oleh siapa pun. Agar meyakinkan, disertai peragaan tangan. Sambil tangannya menepuk pundak lawan bicara.

Bangku kuliah yang diliwati sampai wisuda S1, bahkan rangkap. Yaitu S1 Hukum UI dan S1 Psikologi UI. Kesehariannya, liwat ujaran, cuap, ucapnya tak terdengar derajat keilmuannya. Apalagi cerdas dirinya. Penampilan fisik memang sesuai derajat keilmuannya. Jelas, bukan salah UI. Apalagi salah ortunya.

Begitu dominannya wejangan dari mbah puterinya. Sampai menjadi andalan,pedomaan hidupnya. Diperkuat dengan bukti diri, waktu pelonco di SMA 3 Yogyakarta, mendapat nama pelonco ‘ajimat’. Semakin yakin dengan tuah tangannya.

Entah darimana, orang atau teman kerjanya, memanggil beliau dengan celukan pak Pur. Nama ‘Rakhmat’ dipakai atau dikenal di tempat tinggal kami. Sejak akhir 1990-an. Herannya, ada anak-anak memanggil mbah Pur. Ybs bangga dengan celukan tsb. Bukan soal keberatan nama.

Agar pembaca tak bosan, apalagi pihak yang sua ybs. Banyak yang menghindar agar tak terkontaminasi. Jelas. Bukan karena ybs merasa sebagai mantan pejabat Departemen Kumham merasa turun derajat jika duduk di lantai masjid. Sesuai “petuah” mbah puterinya. Opo iyo . . . Pensiun pun masih mengantongi pistol pemerintah. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar