berkat uban, tukang
parkir bantu menyeberang jalan
Sopir angkot, sudah hidupkan lampu tanda belok kanan,
ditambah tangan kanan keluar jendela memberi tanda. Masih kurang. Tampang ditongolkan.
Pemotor segala usia, tak beri kesempatan. Yakin diri, tambah gas, dengan gagah
dan garang mau menyalip.
Bayangkan, angkot yang masuk kategori raja jalanan
atau setan jalanan, tak dianggap. Apalagi penyeberang jalan. Zebra cross
tak ada pengaruhnya. Satpam yang mengatur arus keluar masuk sekolahan pun,
terkadang dianggap tidak ada.
Makanya, jika saya pulang naik angkot. Tetap duduk
sampai angkot putar arah, baru turun. Aman. Tidak perlu menyeberang sendiri.
Sebulan sekali harus menyeberang jalan saat ke BRI.
Ambil uang pensiunan. Kebetulan, sisi jalan yang saya liwati sedang ada proyek
galian kabel PLN. Sabar, menunggu lalu lintas aman. Namanya motor, jalan
menyempit, tetap tak mau mengalah.
Bersyukur, tukang parkir BRI sigap. Dia datang dan tangan
saya digandeng menyeberang. Seperti menyeberangkan kakek-kakek. Memang saya
sudah kakek. Tapi tidak kakek-kakek. Premotor terpaksa mengalah. Pengemudi mobil
lebih bijak.
Bisa saja, karena tukang parkir warga lokal. Menyerempet,
urusan bisa selesai di tempat. Tak perlu pakai berapa babak. Cukup satu babak. Babak
belur. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar