badhé
pilpres 2019, gugon tuhon vs guyon waton
Belum-belum memang belum terjadi. Rencana manusia, pilpres atau pemilu serentak 2019 akan dilaksanakan Rabu, 17 April 2019. Manusia dan atau orang Nusantara, nyaris lupa dengan pileg 2019. Syukur ada kasus mantan warga binaan boleh nyaleg.
Seolah, bangsa ini sudah maklum,
mafhum, paham, tahu, dong banget akan watak bakal caleg. Mulai tingkat kabupaten/kota,
tingkat provinsi dan terlebih wakil rakyat nasional. Sudah bukan pilih kucing
garong dalam karung goni.
Siapa duga dengan pengalaman luar
dalam di lembaga pemasyarakatan, akan menjadi masyarakat yang baik dan benar.
Dosa dunia sudah ditebus. Mau apa lagi. Mau dua priode. Mau periode ketiga tapi
pindah haluan atau naik strata.
Indikasi bencana alam harus
diterjemakhkan sebagai peringatan dari Yang Maha Pencipta.
Rakyat kebal dengan bencana politik
buatan manusia. Bencana sosial, ekonomi akibat salah rumus. Rumus pasar
tradisional untuk mengantisipasi dampak gejolak pasar dunia. Jangan
salah-salahan, justru menunjukkan daya tahan anak bangsa pribumi.
Syarat utama sukses pilpres dimulai
niat baik DPT. Sah-sah saja kepala daerah menjadi loyalis kepala negara yang
petahana. Mitigasi intimidasi politik oleh penguasa, pengusaha dan investor
politik asing. Rakyat pemilih menggunakan hak konstitusi secara wajar, jujur
dan ikhlas.
Memang harus direnungkan jika ada
gejolak ekonomi, sosial, hukum sebagai tanda-tanda zaman. Sebagai sinyal, lampu
kuning. Bukan karena Belanda masih jauh. Ujar ki dalang Sobopawon, koalisi
semakin diisi, semakin hampa semakin kopong. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar