Halaman

Senin, 10 September 2018

menulis dengan mendaur ulang tulisan sendiri

menulis dengan mendaur ulang tulisan sendiri

Pengalaman teman yang mau pensiun siap lanjut menjadi widyaiswara. Jabatan fungsional yang menuntut tidak hanya duduk di belakang meja. Ahli ucap, mahir cuap, lihai olah ujaran. Beruntung ada aneka modul, Berbekal pengalaman kerja, sesuai bidang garap. Lama kelamaan menjadi hafal dengan apa yang akan diluncurkan

Masalah muncul, jika sebelum diklat diadakan tes pengetahuan. Hasilnya dibandingkan dengan tes yang sama, pasca diklat. Jika hasilnya nyaris sama, maka daya serap peserta atau cara peyampaian. Artinya, staf yang dikirim sesuai kompetensinya atau tidak. Vonis ringannya.

Analog di atas,berlaku bagi siapa saja. Terkhusus staf pengajar kampus.

Berdasarkan logika pembenaran di atas. Saya terbiasa menulis tidak serta merta lancar menulis. Bersyukur jika ada masukan tema atu subtema yang pernah saya goreskan. Terasa radar hati untuk menulis atas kejadian nyata. Hasil membaca surat kabar memacu dan memicu suguhan tulisan.

Kalau kondisi seperti ini. Artinya, diri mengajak membuka rekaman lama di laptop. Ikuti dengn ikhlas sambil berangan-angan ringan. Bulatkan niat untuk meramu, merakit, menterapkan menu khusus. Semacam bunga rampai. Kumpulkan artikel yang sudah tayang.

Kumpulkan atau copas alenia yang menarik mata dan menggugah hati. Pasti ini. sebagai bahan baku. Dimulai dengan mengurutkan kumpulan 3 alenia sesuai alur subtema pendukung, syukur dari 3 judul.

Baca cepat. Lakukan permainan bahasa. Tiap alenia bisa dibedah, direvisi, diperbarui atau diperkaya substansinya. Bisa dengan cara subsidi silang. Artinya, 3 alenia dioplos menjadi 2 alenia.

Denga suntikan modal kata baru, tetap 3 alenia, dengan tata bahasa yang pas judul.
Penulis belum bisa menyimpulkan, tata cara mendaur ulang tulisan sendiri agar menghasilkan karya yang lebih padat, terasa penuh rasa. Setiap karya selalu akan ditingkatkan. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar