menulis
dengan mendaur ulang tulisan sendiri
Pengalaman teman yang mau pensiun siap
lanjut menjadi widyaiswara. Jabatan fungsional yang menuntut tidak hanya duduk
di belakang meja. Ahli ucap, mahir cuap, lihai olah ujaran. Beruntung ada aneka
modul, Berbekal pengalaman kerja, sesuai bidang garap. Lama kelamaan menjadi
hafal dengan apa yang akan diluncurkan
Masalah muncul, jika sebelum diklat
diadakan tes pengetahuan. Hasilnya dibandingkan dengan tes yang sama, pasca
diklat. Jika hasilnya nyaris sama, maka daya serap peserta atau cara
peyampaian. Artinya, staf yang dikirim sesuai kompetensinya atau tidak. Vonis ringannya.
Analog di atas,berlaku bagi siapa
saja. Terkhusus staf pengajar kampus.
Berdasarkan logika pembenaran di
atas. Saya terbiasa menulis tidak serta merta lancar menulis. Bersyukur jika
ada masukan tema atu subtema yang pernah saya goreskan. Terasa radar hati untuk
menulis atas kejadian nyata. Hasil membaca surat kabar memacu dan memicu
suguhan tulisan.
Kalau kondisi seperti ini. Artinya,
diri mengajak membuka rekaman lama di laptop. Ikuti dengn ikhlas sambil
berangan-angan ringan. Bulatkan niat untuk meramu, merakit, menterapkan menu
khusus. Semacam bunga rampai. Kumpulkan artikel yang sudah tayang.
Kumpulkan atau copas alenia yang menarik
mata dan menggugah hati. Pasti ini. sebagai bahan baku. Dimulai dengan mengurutkan
kumpulan 3 alenia sesuai alur subtema pendukung, syukur dari 3 judul.
Baca cepat. Lakukan permainan
bahasa. Tiap alenia bisa dibedah, direvisi, diperbarui atau diperkaya
substansinya. Bisa dengan cara subsidi silang. Artinya, 3 alenia dioplos
menjadi 2 alenia.
Denga suntikan modal kata baru,
tetap 3 alenia, dengan tata bahasa yang pas judul.
Penulis belum bisa menyimpulkan, tata
cara mendaur ulang tulisan sendiri agar menghasilkan karya yang lebih padat,
terasa penuh rasa. Setiap karya selalu akan ditingkatkan. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar