keblusuk
di tahun politik vs melesat pesat di jalan sesat
Fenomena politik Nusantara bak anomali
iklim, cuaca. Sistem ketahanan pangan dan kedaulatan pangan lokal dengan cerdas
memanfaatkan musim yang sedang praktik. Mereka tahu isi hati alam semesta. Dengan
hukum alam jangan main serobot, asal kuasa. Apalagi dengan hukum Allah swt.
Pasang surut kehidupan berbangsa,
bernegara, bermasyarakat tergantung musim kawin flora dan fauna di muka bumi. Semua
hari baik bagi kawanan pemburu kursi negara dan atau kursi daerah.
Réntenir politik semakin sibuk,
asyik, rajin di akhir paruh periode 2014-2019. Tensi penguasa semakin sensitif.
Arus semakin deras. Apa saja dijadikan pegangan agar tak hanyut ke dasar
kubangan.
Mencari pasangan duet bukan karena kesesuaian
atau idealisme diri. Tekanan investor politik lokal sudah terasa. Apa jadinya
nanti jika skenario dan konspirasi dengan tarif baru. Selain melonjak diikuti
syarat tanpa syarat, tidak mengikat. Sewaktu-waktu berubah dan tidak punya hak
protes.
Praktik politik aneka muka, rupa,
wajah, roman lebih meyakinkan ketimbang politik dua kaki. Karakter manusia yang
divisualkan oleh wayang kulit mengikuti tantangan zaman. Kombinasi, sosok
kesatria namun watak raksasa. Sosok hawa, namun lebih buas daripada buta
penghuni belantara.
Tak salah kalau wajah politik
Nusantara tampak menarik di usia promo. Setelah laku, baru kelihatan setan belangnya.
[HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar