Halaman

Rabu, 08 September 2021

walau sebutir nasi, jangan kau sia-siakan

walau sebutir nasi, jangan kau sia-siakan

 Konon dari cerita anak-anak. Penemu permainan catur adalah anak-anak. Raja saat itu, yang suka main permainan. Menawarkan hadiah apa yang akan diminta sang anak perempuan. Sederhana di telinga sang. Petak pertama, dihadiahi 1 (butir) padi. Petak kedua cukup dua pangkat dua. Petak ketiga, dari hasil petak kedua, dikuadratkan,  alias dihargai 4 kuadrat. Sampai petak ke-64.

 Perdana menteri atau patih, membisiki bahwa jika sampai petak terakhir, gudang padi, lumbung padi dan cadangan padi kerajaan tidak memenuhi jumlah diminta anak. Bagaimana babak akhir riwayat. Belum selesai.

 Akhirnya, untuk memenuhi jumlah kebutuhan padi, pemerintah tetapkan kebijakan impor. Pasal kedaulatan, kemandiran, ketahanan pangan nasional, soal terakhir. Pakai perhitungan bagi hasil atau fee. Importi beras adu nyali, pihak merasa menerima fee ada dua kubu, dua kutub berseberangan. Raja merasa paling berhak dapat ucapan terima kasih.

 Bayangkan, cuma kutip serupiah setiap butir beras yang terjual di dalam negeri, cerita anak-anak sempat meriwayatkan. Penguasa tunggal daripada Orde Baru, serta merta terima uang jasa 50 rupiah per kg beras terjual oleh Bulog. Tak pakai lama-lama berheran-heran, petani ndeso banget, tahu Dewi Sri akan meradang jika saat panen ada sebutir padi tercecer. 

Buron politik bisa main petak umpet. Ukur pertut jika ambil nasi sendiri. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar