Halaman

Minggu, 05 September 2021

lempar baliho tepuk jidat sendiri

 lempar baliho tepuk jidat sendiri

 Dibilang adagium, seperti ada-ada saja perilaku diri ini. Bukan salah bunda mengandung. Salahkan diri sendiri untuk menemukan cita jati diri. Tidak perlu membuktikan siapa diri ini, tidak harus unjuk keakuan. Pandai-pandai membawakan diri ternyata belum cukup. Perlu lanjutan pasal hidup di jalan lurus tanpa belokan. Tidak ada jaminan bebas turunan dan atau tanjakan.

 Hidup sejatinya bukan menikmati kehidupan. Justru ikut tempuh ujian kehidupan tanpa batas waktu agar mampu berkehidupan jelang hidup tanpa akhir. Isi tahapan kehidupan dengan rawat ruwat kualitas hidup jangan seperti kemarin, tidak pakai gaya seperti biasanya. Konsistensi, kontinyuitas adabiah menjaga fitrah diri dengan tingkat ketauhidan sejak berupa roh.

 Mimpi saja tentang kursi basah bukan karena tetesan keringat diri. Membayangkan dirinya duduk nyenyak di kursi berhala sarat sanjung junjung, penuh puja-puji. Upeti duniawi datang bebas dari segala arah penjuru mata angin. Pihakan yang tidak mau tunduk akan ditundukkan dengan sekali duduk lupa pantat. Masih ada hari esok. Mimpi bersambung di siang bolong, sebelum dihapus petugas. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar