Halaman

Selasa, 07 September 2021

stratifikasi politik beda pilihan

stratifikasi politik beda pilihan

 Bahwa penyebab utama dan atau efek domino kejahatan politik di negara multipartai antara lain stratifikasi politik beda pilihan. Pola kuningisasi, asas daripada pesta demokrasi ”luber” (lubangi beringin) ala Orde Baru menjadi rujukan pertama, utama. Gerilya politik dengan memanfaatkan kondisi kategori ‘kurang beruntung’ yang disandang wong cilik. Permanent underclass mudah diiming-iming menukar hak politiknya dengan sembako. Mirip misi pemurtadan. Kelompok masyarakat uneducated people menjadi sasaran empuk gembala dan serigala politik. Pemurtadan secara sistematis itulah yang terjadi.

 Aneka merek vaksin identik dengan multipartai. Pasokan dan distribusi vaksin sesuai ketersediaan populasi warga daerah, domestik, lokal. Logistik udara ke ibukota provinsi secara adil. Tidak melihat padat penduduk. Mirip pengiriman kotak suara ke TPS yang terjangkau dan terjangkau. Tangan terbuka rakyat menentukan nasib diri. Mau sehat dengan catatan.

 Negara multipilot merupakan wujudan hirarkis bias horizontal multipartai. Kemajemukan bangsa tidak bisa dijadikan ajang bebas laga tarung antar kepentingan politik.

 Beda nyata antara stratifikasi politik dengan kelas politik tampak pada karakter, ciri khusus, kekhasan dari kawanan manusia politik. Sebagai contoh, parpol komponen nasakom produk unggulan Orde Lama merupakan kelas politik. Loncat ke model parpol reformis. Haluan politik bebas haluan menjadi landasan juang parpol, berkategori stratifikasi politik. Bisa berupa koalisi parpol pro-penguasa. 

Bukti ringan, kalkulasi politik menunjukkan betapa konsisten dengan status statis oposisi, boros energi dan biaya politik banyak tambalan. Hadapi sisa 2019-2024, muncul PANdemi demi kursi kuasa banting harga diri. Wajar. Target 2024, minimal pertahankan jumlah kursi parlemen. Lain daripada itu, sudah merasakan hukum karma politik. Siapa main politik akan dipermainkan politik. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar