Halaman

Sabtu, 04 September 2021

mati berdiri demi penguasa vs mati kagèt untuk kursi

 mati berdiri demi penguasa vs mati kagèt untuk kursi

Tidak jelas banyakan mana antara pihak yang seolah memberi restu atas aneka kejadian jadi-jadian dengan sisi bidang lain yang umpat maki gerutu. Tersebut terakhir, bukan karena nasib cuma jadi korban, umpan percuma tidak berguna. Bahkan kawanan setia negara, sudah habis licin tandas tanpa ampas, ucap imbalan terima kasih doang. Plus foto kenang-kenangan entah dimana. Bukti bakti negara.

 Kalau tidak mau terima stigma pancasilais gurem, klas teri, pupuk bawang, éthok-éthok pokoké bèn kéthok. Minggat dari tanah air nenek moyang. Cari perlindungan, suaka politik di negeri orang. Atau melenyapkan diri, tunggu ganti periode. Formula ekonomi politik nusantara tidak bisa lepas dari tradisi mistis.

 Maka, keruwetan hidup kerakyatan selalu muncul setiap harga diri penguasa terusik di pasar bebas lokal. Tidak tahan kritik, itulah biang segala biang kerok. Jika momentum berulang, pemerintah tinggal menjelaskan “atas petunjuk bapak presiden”. Rakyat diminta paham total, kenapa harga kursi tidak sesuai promo, Namanya politik. Justru untuk kawan sendiri tidak ada yang gratis. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar