Halaman

Minggu, 05 September 2021

setelah terkena baru mengena

 setelah terkena baru mengena

 Disimpulkan dari kisah nyata kehidupan manusia, orang, wong, insan, makhluk hidup dan sebut saja lainnya. Dibukukan, dibakukan menjadi pedoman hidup di muka bumi yang sama. Beda lintasan dan lama edar matahari. Satu titik koordinat yang sama, rumah tangga, keluarga menghasilkan anak keturunan beda karakter, lain nasib. Kredo “dua anak cukup” memang cukup merepotkan di hari tua orang tua.

 Tidak tahu tapi pura-pura tahu, memang tampak tetap eksis, diperhitungkan semua pihak. Padahal lebih mulia tahu bahwa dirinya tidak tahu apa-apa. Sok tahu agar dianggap wong pintar. Terlambat tahu lebih beruntung ketimbang tahu-tahu sudah tamat riwayat diri. Bingung diri kaki mau ditaruh dimana. Bersyukur diri selamat dari ulah tangan sendiri. Bahkan menjadi penolong di pengadilan akhirat.

 Sudah habis-habisan tanpa ampas, tanpa sisa masih belum apa-apa, belum dapat apapun. Bau kursi semakin jauh. Kesempatan hidup kedua kali untuk melaju di jalan lurus. Sudah diterima setiap awal pagi. Bahkan lebih awal, disepertiga akhir malam. Pemutihan dosa kecil dan kesempatan ke depan, belum tentu esok hari menunggu. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar