Halaman

Sabtu, 04 September 2021

ikatan moral sebangsa dan setanah air

ikatan moral sebangsa dan setanah air

Manusia merugi subversi nusantara sedemikian terukur. Semua ukuran bisa masuk tapi tidak bisa keluar. Sekali rugi tetap rugi. Ini pakai perhitungan manusia yang penuh akal sehat dan akal-akalan. Di luar fakta kasat mata tak terjangkau akal, manusia menganggap sebagai hal kejadian alami, lumrah, biasa-biasa saja. Anèh waton nylenèh dianggap ada pihak yang sedang iseng.

 Tradisi kehidupan berasaskan falsafah “sebangsa dan setanah air” bersifat dinamis, fluktuatif, suka-suka. Siapa berucap belum tentu lakunya. Narasi akademis pun tidak kurang kata-kata diplomatis. Sebagai makhluk berbudaya, manusia tahu betul akan martabat kediriannya. Tahu kapan diam, bungkam plus baca situasi dan kondisi. Sikap antisipatif belum tentu laku kehati-hatian. Mengandalkan perhitungan untung rugi duniawi.

 “Menjadi Saksi Atas Diri Sendiri”, date modified 1/2/2018 7:04 PM. Salah satu upaya nyata bermuhasabah adalah menjadi saksi atas diri sendiri. Kita merujuk penjelasan Al-Qur’an [QS Al Qiyaamah (75) : 14] :“Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri”. Walau ayat ini diberlakukan di pengadilan akhirat, namun maksudnya ayat ini ialah, bahwa anggota-anggota badan manusia (lidah, tangan dan kaki) menjadi saksi terhadap pekerjaan yang telah mereka lakukan di dunia. 

Itulah Indonesia-ku. Aktor intelektual memang mempunyai hak dan wewenang tak terbantahkan. Walau terbatas pada periode waktu aktif dan jam kerja. Di satu sisi, ybs sebagai perpanjangan tangan kepentingan asing, namun ke dalam ybs kurang panjang tangan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar