yang dekat dengan kita
cuma
Bukan acara teka-teki silang, bebas
berujar tanpa standar wajar. Penggunaan kata, lema ‘dekat’ sedemikian jauh dari
dugaan akal sehat. Kebiasaan hidup memikirkan yang jauh-jauh, membuat diri ini
kurang peka. Daya jidat dua jari, sesuai asas artificial intelligence
(AI). Menjelaskan yang samar.
Kebalikannya. Menyamarkan fakta di
depan mata agar manusia berpeluang sigap diri. Modus main hindar, cepat cari
jalur selamat, pura-pura tak tahu atau ahli menyusun aneka alibi. Menjaring
plus menyaring secara kritis setiap asupan informasi. Kemasan atraktif sebagai
upaya kamuflase. Bahasa politiknya, garang-garing. Tapi kian enak ‘digoreng’.
Apa saja yang melekat di diri sejak
lahir, bisa menjadi jati diri, citra diri, pesona diri, wibawa diri dan nilai
jual. Antar saudara kandung memang ada benang merah. Urutan kelahiran bisa
menentukan siapa kita sejatinya. Faktor eksternal kian memupuk kepribadian
manusia. Persepsi pihak luar kita posisikan sebagai cermin kehidupan.
Kita pernah mengalami proses perpindahan,
peralihan alam. Dari kandungan ibu pindah, beralih ke dunia, melalui proses
kelahiran. Pasca kelahiran, meninggalkan dunia terbatas masuk ke dunia tanpa
batas. Kehidupan sementara di dunia dimulai untuk menuju kehidupan abadi. Persoalan
hitungan waktu, tak perlu dicari sudah menanti, tak bisa dihindari. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar