Halaman

Minggu, 01 Maret 2020

yang dekat dengan kita cuma


yang dekat dengan kita cuma

Bukan acara teka-teki silang, bebas berujar tanpa standar wajar. Penggunaan kata, lema ‘dekat’ sedemikian jauh dari dugaan akal sehat. Kebiasaan hidup memikirkan yang jauh-jauh, membuat diri ini kurang peka. Daya jidat dua jari, sesuai asas artificial intelligence (AI). Menjelaskan yang samar.

Kebalikannya. Menyamarkan fakta di depan mata agar manusia berpeluang sigap diri. Modus main hindar, cepat cari jalur selamat, pura-pura tak tahu atau ahli menyusun aneka alibi. Menjaring plus menyaring secara kritis setiap asupan informasi. Kemasan atraktif sebagai upaya kamuflase. Bahasa politiknya, garang-garing. Tapi kian enak ‘digoreng’.

Apa saja yang melekat di diri sejak lahir, bisa menjadi jati diri, citra diri, pesona diri, wibawa diri dan nilai jual. Antar saudara kandung memang ada benang merah. Urutan kelahiran bisa menentukan siapa kita sejatinya. Faktor eksternal kian memupuk kepribadian manusia. Persepsi pihak luar kita posisikan sebagai cermin kehidupan.

Kita pernah mengalami proses perpindahan, peralihan alam. Dari kandungan ibu pindah, beralih ke dunia, melalui proses kelahiran. Pasca kelahiran, meninggalkan dunia terbatas masuk ke dunia tanpa batas. Kehidupan sementara di dunia dimulai untuk menuju kehidupan abadi. Persoalan hitungan waktu, tak perlu dicari sudah menanti, tak bisa dihindari. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar