trauma politik penyebab gangguan
berbahasa
Justru menimpa kawanan loayalis penguasa. Karena tahu
kadar pilihannya saat pemilu serentak Rabu, 17 April 2019. Termasuk bagaimana
perjalanan kotak suara dari TPS sampai penetapan hasil akhir oleh KPU RI. Diperparah
dengan melihat lagak wakil rakyat yang tak jauh dari gaya preman. Kepuasan RI-2
yang bekerja di bawah permukaan. Masih terdapat kesibukan pembantu presiden yang
jarang terliput awak media.
Kejadian alami pemerolehan bahasa pada anak bangsa pribumi
nusantara bersubsidi, pada keluarga model apapun, berbanding lurus dengan proses
pematangan jiwanya. Kian berjiwa karena usia, kian faktor kejiwaan membebani
diri tanpa sadar. Mengekspresikan pikiran – tepatnya halusinasi plus perilaku
antisosial – dengan memanfaatkan produk TIK secara cerdas tak pakai
pikir-pikir.
Perubahan kepribadian akibat asupan informasi sesat tapi
menyehatkan memori dan daya pikir. Gaya bahasa dan curah verbal terlampiaskan
liwat ujung jari tangan. Mengalahkan pepatah “lidahmu harimaumu akan mengkerkah
kepalamu”. Model ini menjadi ujung tombak agenda propaganda, aksi provokasi,
misi promosi penguasa untuk menjaga wibawa.
Kemerosotan segala macam fungsi intelektualitas akibat penumpukan aneka lapisan
jaringan sel di otak plus menurunnya jumlah zat kimia pembentuk daya otak.
Sesuai kemajuan umur, penurunan daya dong merayap lambat, menerus dan
pasti. Bermasalah untuk mengulang laku dengan
modal akal harian.
Pergeseran peradaban diri, berdampak pada daya memori dan
daya guna akal diri. Kemampuan linguistiknya menjadi korban sia-sia. Salah pilih kata sampai asal membuat kalimat.
Mahir mengoplos kata makian yang itu-itu untuk semua kejadian. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar