Halaman

Kamis, 12 Maret 2020

negara untuk partai vs partai untuk partai


negara untuk partai vs partai untuk partai

Mau sebut yang jelas-jelas saja, yaitu partai adalah negara vs negara adalah partai. Acuan utama negara Tiongkok, China. Ada apanya bisa disimak di media apa saja. Bedanya, karena nusantara selaku negara berkembang, negara multipartai maka jargon dimaksud. Pada praktik demokrasi bisa lebih nyata.

Pasar bursa politik nusantara menjadi pasar bebas global. Di tingkat nasional sudah sedemikian melebihi teori ilmiah, hipotesis akademis. Siapa pun boleh berimproviasi bebas asal menguntungkan, mendatangkan keuntungan bagi partai.

Pendidikan politik ditrapkan sambil praktik. Hal-hal yang tak sesuai di lapangan, bertentangan dengan norma masyarakat, berlawanan dengan peradaban, tak sesuai dengan sila-sila Pancasila, demi partai bisa diabaikan. Utamakan kepentingan partai. Otoritas elite parpol menjadi harga mati. Diperkuat hak prerogatif oknum ketua umum.

Sinkronisasi AD dan ART Pendirian Partai Politik dengan pola laga bebas pesta demokrasi, sesuai selera ketua umum terpilih.

Banyaknya partai politik malah menambah barisan pengangguran kader politik, memperpanjang barisan sakit hati. Khazanah, kosakata sakit jiwa politik menambah kemajuan dunia kedokteran. Sub-sub spesialis berbasis penyakit politik menjadikan perlu dibangun RS khusus.

Risiko bisnis politik, masih dalam kemasani angan-angan saja sudah merugikan negara. Artinya, di atas cita rasa téga masih ada cita rasa téga. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar