Halaman

Senin, 16 Maret 2020

konflik internal tubuh menjadi menu rutin


konflik internal tubuh menjadi menu rutin

Fakta kejiwaan membuktikan bahwa konflik merupakan unsur fundamental dari konstruksi jiwa raga pada sistem tubuh manusia. Kapasitas memori mirip tempat pembuangan sampah terpadu. Malang tak dapat ditolak hidup-hidup, mujur tak dapat ditampik mentah-mentah. Gangguan berbahasa menjadi nilai jual tayangan diri, penentu keseimbangan diri secara komersial.

Dua perspektif teoritis lawas yang mengindikasikan pemacu dan pemicu konflik internal tubuh. Pertama adalah sikap semua serba boleh menjadi bagian dari pola rentan konflik.  Kehillangan identitas diri dan sadar menarik diri dari adab gaul. Kedua adalah pudarnya tata kelola konflik akibat defisit sumber daya diri.

Akibat percaya diri tak sesuai kapasitas diri. Harga diri menjadikan dirinya merasa serba lebih. Tanpa sadar, manifestasi klinis episode  konflik internal tubuh memunculkan rasa kehilangan harga diri dan perasaan diri tidak berguna. Gejala penyerta lainnya nafsu diri bebas liar.

Ancaman lingkungan menjadikan diri merasa tak nyaman bersaing dengan diri sendiri. Kendali diri diserahkan ke mekanisme waktu. Yakin bahwa wujudan konflik menjadi fenomena yang biasa, wajar, manusiawi alias omnipresent (hadir di manapun).

Perubahan status dari janji politik menjadi amanat rakyat menjadikan kepastian hukum semakin tidak pasti. Tubuh diri bukan alat peraga mewujudkan cita-cita politik bertepuk sebelah tangan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar