rasa khawatir memacu
memicu kewujudan
Rasa khawatir dimaksud indikasi
mendahului ketetapan-Nya. Muncul dari asumsi masa lalu yang akan berulang
kembali. Seolah bahkan pasti tidak mengacu pada sifat-Nya. Belum-belum sudah
mematok kepastian yang akan terjadi.
Derajat keilmuan plus keagamaan
teruji. Namun dengan secara sadar mengutamakan cerdas diri. Mengutamakan dalil
sebab-akibat. Pengalaman diri menentukan pernasiban yang bisa dikelola sejak
dini. Melebihi perwatakan manusia bebas yang pakai kacamata kuda. Serba lurus. Tak
mau tahu kanan kiri.
Fakta kehidupan dianggap harga mati.
Kalau yang tidak berkenan di hatinya, dianggap akan berulang dan berulang. Keberhasilan
atau sukses hidup didaulat akibat kinerja diri di atas rata-rata. Tanpa bantuan
sekitar atau kanan-kiri. Duduk diam saja merasa akal berkelana bebas.
Garis kehidupan diri bak harga mati.
Dipatok secara matematis, normatif. Kemungkinan lain dianggap nihil. Indera tembus
waktu menuntunnya hingga berbau mulut dekat hidungnya, tak terbau.
Sedemikiankah. Struktur rasa
khawatir menjadi konteks doa yang dipanjatkan rutin. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar