Halaman

Selasa, 03 Maret 2020

rasa khawatir memacu memicu kewujudan



rasa khawatir memacu memicu kewujudan

Rasa khawatir dimaksud indikasi mendahului ketetapan-Nya. Muncul dari asumsi masa lalu yang akan berulang kembali. Seolah bahkan pasti tidak mengacu pada sifat-Nya. Belum-belum sudah mematok kepastian yang akan terjadi.

Derajat keilmuan plus keagamaan teruji. Namun dengan secara sadar mengutamakan cerdas diri. Mengutamakan dalil sebab-akibat. Pengalaman diri menentukan pernasiban yang bisa dikelola sejak dini. Melebihi perwatakan manusia bebas yang pakai kacamata kuda. Serba lurus. Tak mau tahu kanan kiri.

Fakta kehidupan dianggap harga mati. Kalau yang tidak berkenan di hatinya, dianggap akan berulang dan berulang. Keberhasilan atau sukses hidup didaulat akibat kinerja diri di atas rata-rata. Tanpa bantuan sekitar atau kanan-kiri. Duduk diam saja merasa akal berkelana bebas.

Garis kehidupan diri bak harga mati. Dipatok secara matematis, normatif. Kemungkinan lain dianggap nihil. Indera tembus waktu menuntunnya hingga berbau mulut dekat hidungnya, tak terbau.

Sedemikiankah. Struktur rasa khawatir menjadi konteks doa yang dipanjatkan rutin. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar