tidak dengan siapa-siapa
tetapi bisa dengan siapa saja
Anomali perwujudan manusia seutuhnya
selaku makhluk sosial, tak berkorelasi dengan status sosial. Berani karena
banyak. Semboyan yang dimiliki oleh anak dewasa. Fisik mewakili orang kuat,
tapi nyali apa daya. Dipancing iming-iming atau dongkrakan obat kuat agar
berani tampil. Kapan saja.
Jiwa sosial anak bangsa pribumi
nusantara, tergantung pola lalu lintas jalan. Rasa berani tanpa embel-embel,
lebih ditentukan pola distribusi politik lokal. Meleburnya manusia di dunia
kegiatan sosial bukannya tak berdampak. Status sosial, pendidikan tidak
otomatis terdeteksi pada gaya bahasanya.
Simak media-mediaan, hasil kerajinan
ujung jari tangan, berupa tulisan yang sarat karat. Ranah daya akal yang
berpusat di otak acap berseberangan dengan budaya lingkungan. Dinamika kehidupan
bermasyarakat malah melahirkan budaya tersendiri. Semacam ada bahasa gaul.
Derajat keilmuan seseorang plus jam
terbang pengalaman selaku manusia. Jebakan rekayasa sosial akibat format
politik nusantara tanpa bentuk. Berani tampil di panggung politik. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar