Halaman

Selasa, 24 Maret 2020

kursi bergeser ke pantat tetangga sebelah

kursi bergeser ke pantat tetangga sebelah

Bukan masalah antrian atau ada arisan tingkat RT. Agar berkadar non-lokal, judul bahasa majas. Ungkapan filosofis oplosan aneka kejadian kehidupan bernegara. Jadi bukan kejadian tingkat RT. Masih bisa terjadi di RT kawasan elite penyelenggara negara, militer maupun swasta multinasional. Ramuan angker atau sangar menambah tuah olah kata.

Masih ingat cuplikan narasi bersubsidi, simak  bebasan “nglungguhi klasa gumelar”, gambaran sederhana orang yang menempati, menduduki, menempatkan pantat pada tikar atau tempat yang telah tergelar, tersedia tanpa kesulitan berarti. Kalau ada masalah, hanya masalah antrian internal dan nasib. Tinggal duduk manis bak dapat kursi nganggur. Kursi tiban. Tak perlu repot menunggu sambil duduk manis, memeluk lutut,  berpangku sebelah tangan pasang dan umbar senyum manis. Tak pakai keringat dhéwé.

Budaya politik nusantara bersifat terbuka, ramah investor sesuai asas pasar bebas dunia. Siklus, daur ulang kehidupan berpolitik bak warisan, arisan kursi kekuasaan secara konstitusional. Tebal muka plus manusia bebal menjadi syarat utama penghambaan politik.

Demikian judulnya “asu mbalèni piringé vs panguwasa mbélani kursiné”. Diadop dari kisah nyata yang sedang berjalan, bahwasanya barangsiapa mau main politik. Jangan setengah-setengah. Yang jelas-jelas. Apa maunya vs maunya apa. Jangan malu, bimbang, ragu, sungkan, tepo sliro ataupun bertenggang rasa. Tak ada pasal toleransi. Plus harus aksi pandai-pandai. Wajib super mégatéga, anéka mégatéga. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar