Halaman

Rabu, 18 Maret 2020

ketika kue (kursi) nasional kian 3R (rapuh, redup, ringkih)


ketika kue (kursi) nasional kian 3R (rapuh, redup, ringkih)

Pasti bukan asumsi sejarah, bukan fakta integritas politik atau rekayasa citra lapangan maupun apalagi pratanda, gejala efek berkelanjutan bin bergelayutan. Namanya politik, apa pun yang terjadi bisalah menjadi seolah tak pernah terjadi.

Citra nusantara diangkat dari nama tokoh wayang, Sucitra atau mungkin sesuai versi lokal – semisal citrawati, putericitra, citraputeri – plus sebutan mirip lannya. Pasal aksi nasional pencitraan menjadi ujung tombak, lagu wajib agenda propaganda, aksi provokasi, misi promosi penguasa untuk menjaga wibawa

Efektivitas, kemanfaatan daya guna negara multipartai dengan segala warna. Tak menyurutkan niat kawanan politisi sipil, politisi non-militer untuk tidak demam panggung. Semangat otonomi daerah berwujud paket dinasti politik, pemerintah bayangan, kerajaan elit lokal menjadikan laga kandang bak harga liar.

Semangkin melambung, membengkak, membiak krisis kepercayaan public nusantara maka akan berbanding lurus dengan daya oplos kinerja (prestise, pamor, prestasi, reputasi, popularitas). Makna hukum keseimbangan politik vs hukum rimba politik tak bertuan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar