Halaman

Selasa, 03 Maret 2020

senyum bibir belum tentu senyum hati


senyum bibir belum tentu senyum hati

Keadaan, kondisi hati, jiwa, qolbu akam menentukan daya pikir, olah ucap, tindak tanduk manusia. Ungkapan bahasa Jawa kepribadian merupakan ciri wanci watak ginowo mati (kepribadian melekat pada diri ikut dibawa mati). Sikap tubuh sebagai bukti bahasa tubuh.

Pasal pahit getir kehidupan bukan alasan me jadikan wajah masam, senyum kecut, hati mudah bergejolak. Ekspresi wajah sebagai indikasi sistem saraf emosi bekerja keras. Ada yang kuat memendam dendam dan selebihnya malah sebaliknya. Meramu dendam.

Trauma diri atas rekam jejak kehidupan masa lalu yang tak pernah berlalu. Antara senyum kemenangan dengan senyum kekalahan yang dilakukan manusia pelakon, nyaris mudah ganti arah. Manipulasi watak diri, modifikasi dadakan atas stabilitas jiwa, rekayasa sosial yang masih tersisa di nafsu.

Gairah untuk hidup dan gairah untuk mati. Konflik batin akibat daya pikir tak sinkron dengan kemampuan diri berbahasa manusia. manusia  Manusia punya bakat berpikir plus tahu kalau diring bisa  berpikir. Masuk sebutan makhluk yang berpikir atau homo-sapiens atau juga animal-rationale.

Kesepakatan ahli bahasa, bahwa  berpikir dan berbahasa  merupakan watak dasar manusia. Jelaslah, tanpa argumentasi yang berliku, berbelit, bolak-balik bahwa akal manusia sebagai faktor pembeda dengan sesama makhluk ciptaan-Nya.

Perkembangan simbol komunikasi atau bahasa tutur yang membedakan manusia dari sesama makhluk ciptaan-Nya. Kondisi awal membuat dirinya mampu berpikir. Faktor lain seolah tanpa rencana, manusia acap menampilkan diri sebagai makhluk tanpa pikir yang penting bertindak.

Simpul apa yang bisa pemirsa serap. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar