senyum bibir belum tentu
senyum hati
Keadaan, kondisi hati, jiwa, qolbu
akam menentukan daya pikir, olah ucap, tindak tanduk manusia. Ungkapan bahasa
Jawa kepribadian merupakan ciri wanci watak ginowo mati (kepribadian melekat
pada diri ikut dibawa mati). Sikap tubuh sebagai bukti bahasa tubuh.
Pasal pahit getir kehidupan bukan
alasan me jadikan wajah masam, senyum kecut, hati mudah bergejolak. Ekspresi wajah
sebagai indikasi sistem saraf emosi bekerja keras. Ada yang kuat memendam
dendam dan selebihnya malah sebaliknya. Meramu dendam.
Trauma diri atas rekam jejak kehidupan
masa lalu yang tak pernah berlalu. Antara senyum kemenangan dengan senyum
kekalahan yang dilakukan manusia pelakon, nyaris mudah ganti arah. Manipulasi watak
diri, modifikasi dadakan atas stabilitas jiwa, rekayasa sosial yang masih
tersisa di nafsu.
Gairah untuk hidup dan gairah untuk
mati. Konflik batin akibat daya pikir tak sinkron dengan kemampuan diri
berbahasa manusia. manusia Manusia punya
bakat berpikir plus tahu kalau diring bisa berpikir. Masuk sebutan makhluk yang berpikir
atau homo-sapiens atau juga animal-rationale.
Kesepakatan ahli bahasa, bahwa berpikir dan berbahasa merupakan watak dasar manusia. Jelaslah, tanpa
argumentasi yang berliku, berbelit, bolak-balik bahwa akal manusia sebagai faktor
pembeda dengan sesama makhluk ciptaan-Nya.
Perkembangan simbol komunikasi atau
bahasa tutur yang membedakan manusia dari sesama makhluk ciptaan-Nya. Kondisi awal
membuat dirinya mampu berpikir. Faktor lain seolah tanpa rencana, manusia acap
menampilkan diri sebagai makhluk tanpa pikir yang penting bertindak.
Simpul apa yang bisa pemirsa serap. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar