Sinergikan Kebutuhan Ukhuwah Dengan
Kepentingan Dakwah
Bangkitnya
parpol Islam dan Masyumi baru jika kita simak dengan seksama sebagai tahapan proses
alamiah, ilmiah, ilahiah. Diharapkan tidak hanya pada parpol, dimungkinkan
berlaku pada ormas (organisasi kemasyarakatan) Islam. Semua parpol mempunyai
landasan idiil dan landasan konstitusional yang sama. Beda nyata pada warna
politik.
Tak bisa
dipungkiri, geliat parpol tak jauh dari praktik demokrasi, khususnya perhelatan
pesta demokrasi berupa pemilu legislatif, pilpres dan pilkada. Filosifi bahwa
untuk bisa mengatur nasib bangsa dan negara harus menjadi penguasa. Tak heran,
akhirnya banyak politisi sipil, kader partai yang diformat sekali tampil.
Artinya,
sekali terpilih sebagai wakil rakyat dan atau kepala daerah, setelah itu masuk
kotak di dalang. Atau dikandangkan karena sudah tidak laik laga. Asal jangan
terjegal pasal, belum-belum sudah menjadi beban partai.
Sekilas
kilasan info. Jelang Pilkada Serentak, sudah ada parpol nasionalis tak mau berkoalisi
dengan parpol Islam. Pratanda memang politik harus sesuai platform partai. Menguber
kursi yang sama, antar paprol Islan bisa bersaing. Bak menghadapi lawan politik
macam saat pemilu serentak 2019. Siapa sigap melibas siapa, karena beda
pilihan.
Di atas kursi masih ada kursi. Di atas petugas
partai masih ada pihak “pengendali”. Jangan sampai karena nilai sebuah kursi,
rusak ukhuwah dan dakwah Islam dari dalam. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar