menjadi orang rumahan
dan ramah lauk daun
Melakoni hidup di dunia. Bisa
menjadikan diri kita kemana saja, kapan saja. Sebaliknya, jika memungkinkan akibat
adanya kondisi lingkungan strategis menyebabkan kita tetap berada di tempat. Bukan
tahun poltik nusantara 2018 dan 2019 yang sudah liwat dengan wajar tanpa
catatatan.
Kejadian global, pandemik invasi
Covid-19 atau wabah virus corona versi tahun 2019. Hanya karena negara pengawal
virus corona adalah negara RRC atau RRT atau sebutan lainnya. Negara lawan
perang dagangnya – sebut saja Amerika Serikat – terdampak secara masif,
sistemik dan berkelanjutan.Tak pakai heran, negara daratan yang terbuka menjadi
destinasi Covid-19.
Korban jiwa plus kerugian ekonomi
negara sambung-menyambung antar negara. Bahkan yang tak berdampingan,
bertetangga, berbatasan. Akhirnya, triwulan pertama 2020 sudah tersebut
sepertiga umat dunia terisolasi. Paket kebijakan karantina wilayah (lockdown)
oleh beberapa negara terpapar.
Indonesia dengan wawasan nusantara
berkebangsaan yang serba multi. Kebijakan pemerintah dengan penetapaan dan
penerapan karantina wilayah (lockdown) sesuai skala prioritas. Daerah
otonomi vs otonomi daerah atau pulau yang memberikan konstribusi positif secara
nasional akan mendapatkan keringanan.
Bagi warga negara yang karena
profesi, status sosial tergantung pada kemurahan hati pihak lain, maka
dikondisikan hidup dalam rumah dan lingkungan hunian. Biaya transportasi mamupun
akomodasi harian individu dan atau keluarga bisa dikompensasikan untuk biaya tak terduga
listrik.
Tantangan kehidupan harian menjadi
tanggung jawab keluarga dan kerukunan. Sikapi efek karantina rumah sebagai
hikmah kumpul keluarga 24 jam. Gaya hidup kembali ke alam menjadi pelipur lara.
[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar