jiwa sosial anak bangsa
pribumi primitif nusantara
Tindak amoral, laku
asusila, ujaran tak senonoh jika dilakukan secara rutin menerus tanpa ada pihak
yang berkeberatan. Ditambah dilakukan secara massal, aklamasi, segala usia dan
gender. Ditunjang pelaku, pengguna aktif bukan orang biasa. Maka secara
otomatis dianggap wajar, lumrah dan menjadi kebaikan. Menjadi adat beradab
manusia politik nusantara.
Waras politik merasuk ke
jiwa manusia politik, menjadi modal utama, selain gawan bayen.
Praktiknya malah membuktikan dirinya berjiwa kerdil. Apa saja disantap, dilahap,
diembat dan dibabat habis. Demi tujuan mewujudkan nikmat dunia menjadi manusia
bebal tak masalah. Tak perlu melongok sekeliling. Semua berhal sama. Tak perlu
pakai rasa sungkan.
Hidup berkecukupan, apa
adanya sesuai porsi perut. Semangkin nafsu dituruti semakin merasa
berkekurangan. Prinsip ekonomi, satu kilogram jika kurang satu gram, segram tak
bisa disebut 1 kg atau seribu gram. Kalau lebih menjadi keuntungan siapa.
Tiga serangkai
sosial-ekonomi-politik menjadi dasar pemikiran hidup bernegara. Dioplos secara
berimbang menjadi ramuan dalih pembangunan manusia seutuhnya.
Jelas kan kawan. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar