melestarikan identitas dan jati diri
Teridentifikasi, terinventarisasi, terverifikasi, tersertifikasi,
terakui, terpetakan pithecanthropus erectus, makhluk manusia-kera yang berdiri tegak plus
berjalan tegak, bahasa gaul disebut Wong Jawa. Bentuk
lain dari peradaban homo nusantaraensis atau pithecanthropus nusantaraensis.
Adab manusia nusantara yang tumpang tindih dengan
masyarakat hukum adat. Hukum rimba berlaku tanpa peringatan apalagi
sosialisasi. Tentu tidak hanya merugikan,
membahayakan kesehatan jiwa manusia. Eksistensi, bukti diri sebagai manusia
nusantara hanya dilekati suatu identitas, label diri. Padahal hakikatnya setengah isi separuh
kosong.
Bukan contoh apalagi fakta, muncul ungkapan Jawa nanging ora njawani. Tersisa
atribut nama Jawa yang mati jika dipangku. Pakaian selaku identitas agar tetap
dianggap berklas. Komponen utama pembentuk kategori karakter munafik dan atau
fasik, disesuaikan dengan adab diri masing-masing.
Termaksud khususnya, jika mereka kumpul dengan sesama
kawanan, langsung merasa layak tanding plus berdaya saing. Keunggulan
komparatif versi mereka memang tetap bertumpu pada kepemilikan sumber daya
pribadi. Keunggulan kompetitif bertumpu kepada cara mereka mengoplos aneka sumber daya pribasi untuk berpikir, bertutur,
bertindak.
Secara awan, kawanan ini sebagian akan menjadi korban
sia-sia serta sisanya menjadi penerima manfaat dari kebijakan politik. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar