jiwa sehat melahirkan
informasi sehat
Katanya, manusia politik untuk praktik
bernegara, wajib punya syarat: daya moralitas, aspek santun, rasa sensitivitas,
jiwa sehat, sifat kerakyatan plus karakter bermanusia sebangsanya tidak sekedar
cukup.
Penyakit politik yang tampak pada
geliat manusia politik segala aliran, akhirnya menjadi musuh peradaban. Jiwa
politik yang merupakan warisan politik, menjadikan ybs anti-sosial. Kacamata
kuda kian mengarahkan, memfokuskan pandangan pada umpan kursi kuasa di depan
mata.
Kepuasan 100 hari pertama wapres
yang "bekerja di bawah permukan". Jadi, jalur khusus selaku petugas
partai menjadikan manusia bebal berketahanan. Rakyat sabar menanti sampai batas
akhir kontrak politik.
Masih ada kaitan dan ikatan historis
dengan frasa ‘satu data ramai-ramai’. Menjamin kebebasan individu atau kelompok
dalam menyampaikan ekspresi berbudayanya. Tentunya, sepanjang masih sejalan
dengan peraturan perundang-undangan.
Tepatnya, dengan menggunakan data
yang sama. Diolah sesuai kebeutuhan dan atau kepentingan. Perlu buka catatan
dan ingatan, bahwa:
yang dimaksud dengan “data” adalah kumpulan fakta berupa
angka, huruf, gambar, suara, peta, atau citra tentang karakteristik atau
ciri-ciri suatu objek.
Faktor jiwa lebih diterjemahkan
sebagai merasa menjiwai setiap tindakan diri. Mematut diri sekaligus
memposisikan diri. Demi wibawa negara, nama baik presiden, maka setiap ujaran
penguasa bisa gaya diplomatis atau gaya-gayaan lainnya yang bebas dan kebal
hukum. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar