belum ditanya
sudah menjawab
Beda dengan filosofi “tidak kentut saja sudah bau”.
Pembuktian berlapis atas watak manusia dan atau orang nusantara-ensis. Manusia mempunyai
dua sifat hakiki yaitu sebagai makhluk individual dan sebagai makhluk sosial.
Manusia dan atau
orang, diciptakan oleh Allah SWT dengan struktur anatomi, perangkat diri paling
baik. Fitrah manusia dianugerahi Allah SWT dengan atribut dan modal pribadi.
Diwujudkan melalui tata keseimbangan jiwa raga, kesetaraan lahir batin,
keselarasan jasmani rohani maupun asas timbal-balik lainnya.
Adalah watak
asli vs akal sehat. Akal tidak sekedar simbol fungsi pembeda antara manusia
dengan makhluk hidup lainnya ciptaan-Nya. Hakikat pada nilai, kadar, porsi
réligiusitas. Akal diri saat mencerna ketauhidan. Akal mendasari keimanan. Kian
anak bangsa pribumi Nusantara berakal, banyak akal maka akan berbanding lurus
dengan kekurangan akal sehatnya. Akal sehat dirawat dengan asupan gizi, pasokan
vitamin religi.
Pertambahan pertumbuhan
watak manusia selaku makhluk individu mungkin tak selamanya terpadukan dengan
daya diri. Pasang surut watak manusia, bukan karena gejolak jiwa. Efek domino maupun
dampak selaku makhluk sosial.
Manusia tak betah memeluk lutut bergulat dengan waktu
penantian. Tak kerasan duduk manis berpangku tangan bergumul dengan waktu
tunggu. Cepat bosan dalam proses antrian, penantian, penungguan. Namun, tak
bersegera menyegerakan kewajiban. Di awal waktu, di sela waktu sibuk atau masih
tenggang waktu.
Bagaimana hubungan keseimbangan kedaulatan, kemandirian,
ketahanan keluarga pada watak anak maupun anggota keluarga. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar