generasi jidat dua jari
Tahun milenial yang terjadi tiap tahun. Mau disebut
‘pemuda’ seperti tidak mendunia, tak sesuai arus kuat globalisasi. Pemuda
nusantara, dengar saja sudah ketahuan belangnya. Mudah ditebak sosok pelosok.
Asupan gizi lokal plus ruang gerak zonasi, membentuk budi daya kebahasaan bebas
aktif.
Agar ada pembeda antar aliran. Gampangannya, untuk
menandakan profil ‘pemuda’ reaksi cepat. Sebut saja selaku generasi jidat dua jari. Mengingatkan evolusi
manusia nusantaraensis. Tugas utama adalah melaksanakan nafsu ujung jari
tangan. Soal bagaimana efek domino selaku pembunuh karakter, salah sendiri mau
jadi korban media sosial.
Sebutan, predikat bagaimana pun bagi generasi sisa zaman
peradaban politik nusantara, tak akan mendongkrak wibawa ybs. Generasi tanpa
nama. Modal utamanya, asal bisa saran sumbang atau bisa sumbang saran asal. Tak
jemu penulis bilang generasi macam habis pakai, mengalami degradasi segala
bidang sejak dini.
Kecerdasan alami mereka bersifat spontan, reaktif. Mulai
yang “tak pakai lama vs tidak perlu mikir” sampai “daya dong rendah vs telat
mikir”. Termasuk “otak politik boleh kosong asal . . . “. Judul merujuk simbol
cerdas ideologi anak bangsa pribumi primitif nusantara. Bermula dari “asal
cemplung, menu politik Nusantara jadi cemplang”. Bukan sulap, bukan sihir.
Bukan mitos, bukan rekayasa. Susah ditemukenali, seperti apa generasi masa
depan bangsa. Apakah karena periode kelahiran. Atau sudah mempunyai hak pilih
karena umur.
Salah kawan. Justru daya dong mereka jauh di atas
rata-rata nasional. Belum disuruh sudah berbuat. Belum diminta sudah memberi.
Belum ditanya sudah menjawab. Pokoknya serba belum-belum.
Praktik ketahanan keluarga, kemandirian sumber daya
manusia Indonesia, yang masuk kategori angkatan kerja, masih dianggap tidak
layak banding, sanding, tanding. Pemerintah mengakui potensi SDM demikian yang
dikategorikan sebagai permanent underclass, uneducated people,
masyarakat kurang beruntung. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar