tikus berdasi turun gunung
Ujaran gelagat politik selalu muncul jelang pesta
demokrasi alam kemasan apa pun. Dari yang ringan tanpa oplosan bumbu politik sampai
yang basa-basi penuh sensasi basi politik awut-awutan. Restorasi politik
sebagai kedok, kamuflase agar tampak nasionalis tulen plus demokrat asli gawan
bayen.
Skandal politik menyuburkan eksistensi, jati diri
residivis politik segala kasta. Seolah bangsa yang gemar berkembang antar
periode, sudah kehabisan cikal bakal relawan pengatur lalu lintas berbangsa dan
bernegara. Profesi berbasis pengabdian, berubah sesuai laju adab zaman. Banyak jalan
pintas agar sampai tujuan dengan pantas. Merasa pantas jadi berdiri paling
depan.
Berhala reformasi 3K (kaya, kuat, kuasa) mengalami konflik
keseimbangan. Lagu lawas yang mana dimana akhirnya ‘yang kaya’ malah membuat sebuah
partai politik. ‘Yang kuasa’ malah tidak kaya-kaya. ‘Yang kuat’ hanya jadi alat
tapi mampu memperalat negara.
Suratan sejarah takdir bangsa. Ketika bangsa ini
menghadapi musuh yang sama. Dibedakan musuh rakyat vs musuh negara. Katakanlah
sejujurnya bahwa prinsip tolong-menolong, gotong royong, bahu-membahu,
interaksi sosial, saling berbagi, sehidup-semati serta diperkuat kesehatan
jiwa, gangguan jiwa, ilmu kedokteran jiwa atau psikiatri. Pakai pasal sejahterakan
diri sendiri sebelum tetangga.
Antara perpanjangan tangan, boneka, tenaga bayaran, wakil
global maupun sebutan semaksud sama-sama lebur dalam satu wadah. Pemain lama
dengan pemain tiban, dadakan mengantongi status dan hak yang sama. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar