Halaman

Senin, 02 Maret 2020

kewajiban selaku manusia tak berbayar


kewajiban selaku manusia tak berbayar

Fitrah manusia sebagai makhluk sosial, komunitas masyarakat adalah serba saling. Populasi penduduk nusantara di sub-subkan masih terdapat ikatan paling sederhana. Laju peradaban berbangsa, bernegara mampu membuat satu keluarga, satu rumah tinggal muncul bibit perseteruan, persaingan bebas.

Watak manusia kian dinamis. Pola lama, bahwa dibalik senyum belum tentu hatinya tersenyum. Bahasa diplomatis menjadi kuno, bikin ribet. Pakai bahasa gaul, blak-blakan ngablak sesuai lebar cangkem. Tak lupa senyum pratanda status jiwa.

Tak perlu survei berbayar. Acap muncul dadakan aneka pasal praktik manipulatif, spekulatif, rekayasa oknum tertentu untuk mempercepat proses adab politik nusantara.

Padahal,  prinsip izin vs izin prinsip, menjadi faktor penentu. Manusia menentukan pilihan hidup untuk praktik hidup bermasyarakat. Sama-sama menghuni  lingkungan hidup dan sumber daya alam yang terbatas. Batasan normatif mengendalikan kebebasan individual agar tidak menjadi biang potensi konflik.

Mengacu konteks kegiatan akselerasi hidup berbangsa dan bernegara pada arus cepat global. Modus memangkas sejumlah birokrasi perizinan yang layak diduga potensial mempersulit laju investasi dan bisnis politik global. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar