Halaman

Minggu, 22 Maret 2020

dinamika pemain bola politik nusantara


dinamika pemain bola politik nusantara

Saling incar kaki dan kursi lawan, menjadi menu berita harian. Ratio korban dibanding pemain aktif masih wajar. Daftar tunggu sudah sampai rangkaian generasi yang belum lahir. Bahkan kuburan masa depannya sudah dipesan, dipatok, dikapling. Sistem arisan dan warisan yang sudah dibuka diawal.

Hobi mencari kelemahan, kekurangan spesifikasi teknis kursi lawan. Lupa kalau duduk di bangku pinjaman dari rakyat. Lupa kalau yang punya bangku memang sudah ikhlas dengan kepergian amanah. Sistem konstitusi nusantara bersifat bebas tafsir, bebas praktik. Pakai jurus tenaga luar, tidak ada sanksi moral Pancasila.

Antara perpanjangan tangan, boneka, tenaga bayaran, wakil global maupun sebutan semaksud sama-sama lebur dalam satu wadah. Pemain lama dengan pemain tiban, dadakan mengantongi status dan hak yang sama.

Daya dukung ramah, toleran, terbuka diperkuat sikap mentang-mentang, kagetan, gumunan, ngisin-ngisini. Warna politik sesuai kadar mental bawaan. Sudah menjadi karakter parpol bebas gugatan. Agar terjadi pemerataan peluang, maka gawang ada di empat sisi panggung bujur-sangkar politik.

Wasit politik sesuai hukum rimba politik tak bertepi. Tawuran, keroyokan, adu jotos massal hal biasa tersaji langsung. Tanpa sensor apalagi rasa malu, budaya sungkan, pasal éwuh pakéwuh. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar