revolusi
mental terselubung Joko Widodo vs belki bolang
Menyimak secara sporadis, acak prosiding “Konferensi Internasional Feminisme: Persilangan Identitas, Agensi dan
Politik (20 Tahun Jurnal Perempuan)”
© Jurnal Perempuan, 2016
2655 hlm, 14,8 x 21 cm
ISBN 978-602-6789-33-4
Prosiding ini diterbitkan oleh
Yayasan Jurnal Perempuan,
Jakarta
Sebagai bahan
baku penulisan ini. Semacam plagiat atau menderetkan karya tulis orang lain
menjadi karya seni, karya tulis seolah baru, serasa hasil pemikiran sendiri. Namanya
seni. Sah-sah saja mendaur ulang karya tulis orang lain.
Pilihan
yang berat akan membawa individu ke dalam penderitaan mental yang memaksa
individu untuk mempertimbangkan setiap konsekuensi yang akan terjadi dari pilihannya,
bahkan konsekuensi yang terjadi ketika individu tersebut menunda mengambil
keputusan. Ketika dihadapkan pada pilihan hidup yang penting, individu akan
sadar bahwa pengambilan keputusan perlu dilakukan dan menjadi sebuah kebutuhan.
Pengambilan keputusan yang demikian sering kali diawali dengan fase krisis,
ataupun justru malah menempatkan individu pada fase krisis dalam hidupnya.
Dengan
menyadari hak-hak reproduksi, remaja tidak akan mudah menjadi korban atas
berbagai paksaan yang menyangkut tubuh dan mentalnya, sehingga dapat
memperjuangkan dan membela diri dari orang lain yang akan melanggar haknya.
Kekerasan
terhadap dunia anak dapat dimaknai sebagai “setiap perbuatan terhadap anak yang
berakibat timbulnya kesengsaraan dan penderitaan secara fisik, mental, seksual,
psikologis, termasuk penelantaran dan perlakuan buruk yang mengancam integritas
tubuh dan merendahkan martabat anak yang dilakukan oleh pihak-pihak yang
seharusnya bertanggung jawab atas anak tersebut atau mereka yang memiliki kuasa
atas anak tersebut” (Menteri Negara PPPA, 2011).
Ketidak siapan
mental anak-anak ketika menghadapi perubahan-perubahan di ruang virtual yang
begitu cepat dan masif ditambah dengan semakin banyak produk-produk yang
ditawarkan oleh kreator-kreator games, film dan sebagainya di ruang
virtual. Deskripsi ini menyimpulkan bahwa banyak celah-celah yang dimanfaatkan
oleh orang-orang tertentu untuk mengambil keuntungan dari situasi tersebut pada
ruang virtual.
Beberapa
tayangan kriminal dengan tindak kekerasan yang diperlihat di layar kaca
memberikan dampak pada perkembangan mental anak dan pribadi anak.
Demikian
pula badan sensor nasional turut serta meminimalkan tindak kekerasan melalui
media sosial, sehingga dapat menekan jumlah tindak kekerasan yang memengaruhi
mental psikologis anak.
Mitos
adalah penjelasan yang tak dapat dijelaskan, menyederhanakan yang rumit,
merasionalkan yang irasional.
Tanpa
disadari, stratifikasi politik yang ditimbulkan dari adanya penggolongan
berdasarkan. Konteks politik sangat mempengaruhi dinamika perempuan, contohnya
dalam era Orde Baru, dimana karya perempuan yang radikal tidak bisa bergema
kuat karena mendapat tekanan di dalam negeri sendiri.
Aksi
moral-politik yang digunakan disini lebih merujuk kepada suatu aksi yang merefleksikan
suatu nilai yang bersifat adil dan tidak adil yang dipegang secara kuat oleh
suatu kelompok.
Indoprogress,
yang merupakan sebuah media yang dikelola oleh aktivis-aktivis berhaluan
politik kiri, melakukan dengan baik apa yang dikatakan oleh Olesen sebagai
penginjeksian nilai atau universalisasi.
Cerita yang
menarik adalah kondisi dari para perempuan pemetik teh di Perkebunan Teh Walini
Jawa Barat. Sejak awal berdirinya perkebunan di abad 18, mereka membaktikan
hidupnya sebagai pemetik teh. Pucuk teh yang dipetik adalah hasil alam. Namun
proses penanamannya merupakan bentuk eksploitasi terhadap alam dan
mempergunakan kebaikan alam untuk kepentingan politik dan ekonomi penjajah.
Pada dasarnya teh bukan tanaman asli Indonesia, teh diekspor dan di tanam di
Indonesia untuk kepentingan ekonomi dan politik kolonial. Walaupun demikian teh
tetap menjadi bagian dari alam, dikelola dan diambil hasilnya oleh masyarakat
pribumi.
Aksi
simbolik mampu menjadikan isunya sebuah kontestasi politik ketika ditanggapi
oleh agen politik yang sesuai sehingga menjadi agenda publik yang lebih besar.
Hal ini juga memerlukan perubahan struktural pada implementasi institusional
agar aksi simbolik dapat menunjukan dampak signifikannya di jangka waktu yang
panjang dan tak jarang banyak institusi politik yang belum siap menghdapi
perubahan ini.
Kita pun
dapat menjadikan wacana ini sebagai alat otokritik terhadap pemahaman diri
kita, di mana mentalitas ini berupaya merefleksikan diri dan terbuka terhadap
kritik menjadikan pemahaman makna sesungguhnya kaya dan luas.
istilah
patriarki berasal dari bahasa Yunani dari kata pater : bapak, arkhe :
awal mula yang menentukan. Artinya, laki-laki berkuasa atas semua masyarakat
yang lain dan mempertahankan kuasa itu sebagai milik yang sah baik melalui
lembaga masyarakat, harta maupun pengetahuan.
Kuatnya
pengaruh budaya patriarki yang memposisikan laki-laki pada posisi superior dan
perempuan sebagai imperior, sedikit tidak menjadi tantangan tersendiri bagi perempuan
untuk mampu mewujudkan harapannya atas resistensi yang dilakukan pada
Kajian feminisme mencenderungkan dalam
proses pelepasan budaya patriarki yang mengarah perjuangan ketidakadilan
perempuan untuk mendapatkan posisi dan hak-haknya. Sifatnya mengarah untuk
mengentaskan ketimpangan khususnya bagi kaum perempuan. Dalam beberapa istilah
feminisme termaknai sebagai femina dengan maksud sifat-sifat perempuan. Dari
istilah tersebut maka tidak heran jika feminisme selalu dikaitkan dengan
ketidakadilan yang sering diperlakukan dalam bentuk marginalisasi peran dalam
berbagai bidang dibandingkan kaum laki-laki.
Selanjutnya,
Patriarki-modern penekanannya adalah potret perempuan yang masih terbelenggu
dalam aspek adat leluhur di era globalisasi. Gerak mobilisasi tidak pernah
bebas. Meskipun telah terpengaruh dari sempalan gaya pandangan luar tetapi
belum bisa membebaskan diri dari pusaran etno-patriarki. Etno-patriarki
cenderung mengidentikan diri seseorang terhadap pembanggaan budaya dari
bentukan patriarkinya. Masuk akal memang karena ikatan patriarkinya masih
terlihat kental dan jelas. Sehingga secara makna lebih condong mereposisi
definisi perempuan jawa dalam segmentasi tersebut. Hal tersebut dirasa masuk
akal mengingat didukung fakta historis perempuan Samin masih dalam ikatan
identitas dibawah kaum laki-laki. Rekonstruksi bentuk patriarki-modern yang
masih terlihat merupakan dari perilakunya yang taat pada kebiasaan dan ajaran
yang telah dibangun melalui kebudayaannya.
Ranah
patriarki yang sering dibentuk oleh masyarakat desa-jawa karena mereka masih
patuh terhadap ajaran leluhurnya. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar