Halaman

Sabtu, 29 April 2017

revolusi mental terselubung Joko Widodo vs belki bolang



revolusi mental terselubung Joko Widodo vs belki bolang

Menyimak secara sporadis, acak prosiding “Konferensi Internasional Feminisme: Persilangan Identitas, Agensi dan Politik (20 Tahun Jurnal Perempuan)”
© Jurnal Perempuan, 2016
2655 hlm, 14,8 x 21 cm
ISBN 978-602-6789-33-4
Prosiding ini diterbitkan oleh
Yayasan Jurnal Perempuan, Jakarta

Sebagai bahan baku penulisan ini. Semacam plagiat atau menderetkan karya tulis orang lain menjadi karya seni, karya tulis seolah baru, serasa hasil pemikiran sendiri. Namanya seni. Sah-sah saja mendaur ulang karya tulis orang lain.

Pilihan yang berat akan membawa individu ke dalam penderitaan mental yang memaksa individu untuk mempertimbangkan setiap konsekuensi yang akan terjadi dari pilihannya, bahkan konsekuensi yang terjadi ketika individu tersebut menunda mengambil keputusan. Ketika dihadapkan pada pilihan hidup yang penting, individu akan sadar bahwa pengambilan keputusan perlu dilakukan dan menjadi sebuah kebutuhan. Pengambilan keputusan yang demikian sering kali diawali dengan fase krisis, ataupun justru malah menempatkan individu pada fase krisis dalam hidupnya.

Dengan menyadari hak-hak reproduksi, remaja tidak akan mudah menjadi korban atas berbagai paksaan yang menyangkut tubuh dan mentalnya, sehingga dapat memperjuangkan dan membela diri dari orang lain yang akan melanggar haknya.

Kekerasan terhadap dunia anak dapat dimaknai sebagai “setiap perbuatan terhadap anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan dan penderitaan secara fisik, mental, seksual, psikologis, termasuk penelantaran dan perlakuan buruk yang mengancam integritas tubuh dan merendahkan martabat anak yang dilakukan oleh pihak-pihak yang seharusnya bertanggung jawab atas anak tersebut atau mereka yang memiliki kuasa atas anak tersebut” (Menteri Negara PPPA, 2011).

Ketidak siapan mental anak-anak ketika menghadapi perubahan-perubahan di ruang virtual yang begitu cepat dan masif ditambah dengan semakin banyak produk-produk yang ditawarkan oleh kreator-kreator games, film dan sebagainya di ruang virtual. Deskripsi ini menyimpulkan bahwa banyak celah-celah yang dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu untuk mengambil keuntungan dari situasi tersebut pada ruang virtual.

Beberapa tayangan kriminal dengan tindak kekerasan yang diperlihat di layar kaca memberikan dampak pada perkembangan mental anak dan pribadi anak.

Demikian pula badan sensor nasional turut serta meminimalkan tindak kekerasan melalui media sosial, sehingga dapat menekan jumlah tindak kekerasan yang memengaruhi mental psikologis anak.

Mitos adalah penjelasan yang tak dapat dijelaskan, menyederhanakan yang rumit, merasionalkan yang irasional.

Tanpa disadari, stratifikasi politik yang ditimbulkan dari adanya penggolongan berdasarkan. Konteks politik sangat mempengaruhi dinamika perempuan, contohnya dalam era Orde Baru, dimana karya perempuan yang radikal tidak bisa bergema kuat karena mendapat tekanan di dalam negeri sendiri.

Aksi moral-politik yang digunakan disini lebih merujuk kepada suatu aksi yang merefleksikan suatu nilai yang bersifat adil dan tidak adil yang dipegang secara kuat oleh suatu kelompok.

Indoprogress, yang merupakan sebuah media yang dikelola oleh aktivis-aktivis berhaluan politik kiri, melakukan dengan baik apa yang dikatakan oleh Olesen sebagai penginjeksian nilai atau universalisasi.

Cerita yang menarik adalah kondisi dari para perempuan pemetik teh di Perkebunan Teh Walini Jawa Barat. Sejak awal berdirinya perkebunan di abad 18, mereka membaktikan hidupnya sebagai pemetik teh. Pucuk teh yang dipetik adalah hasil alam. Namun proses penanamannya merupakan bentuk eksploitasi terhadap alam dan mempergunakan kebaikan alam untuk kepentingan politik dan ekonomi penjajah. Pada dasarnya teh bukan tanaman asli Indonesia, teh diekspor dan di tanam di Indonesia untuk kepentingan ekonomi dan politik kolonial. Walaupun demikian teh tetap menjadi bagian dari alam, dikelola dan diambil hasilnya oleh masyarakat pribumi.

Aksi simbolik mampu menjadikan isunya sebuah kontestasi politik ketika ditanggapi oleh agen politik yang sesuai sehingga menjadi agenda publik yang lebih besar. Hal ini juga memerlukan perubahan struktural pada implementasi institusional agar aksi simbolik dapat menunjukan dampak signifikannya di jangka waktu yang panjang dan tak jarang banyak institusi politik yang belum siap menghdapi perubahan ini.

Kita pun dapat menjadikan wacana ini sebagai alat otokritik terhadap pemahaman diri kita, di mana mentalitas ini berupaya merefleksikan diri dan terbuka terhadap kritik menjadikan pemahaman makna sesungguhnya kaya dan luas.

istilah patriarki berasal dari bahasa Yunani dari kata pater : bapak, arkhe : awal mula yang menentukan. Artinya, laki-laki berkuasa atas semua masyarakat yang lain dan mempertahankan kuasa itu sebagai milik yang sah baik melalui lembaga masyarakat, harta maupun pengetahuan.

Kuatnya pengaruh budaya patriarki yang memposisikan laki-laki pada posisi superior dan perempuan sebagai imperior, sedikit tidak menjadi tantangan tersendiri bagi perempuan untuk mampu mewujudkan harapannya atas resistensi yang dilakukan pada

Kajian feminisme mencenderungkan dalam proses pelepasan budaya patriarki yang mengarah perjuangan ketidakadilan perempuan untuk mendapatkan posisi dan hak-haknya. Sifatnya mengarah untuk mengentaskan ketimpangan khususnya bagi kaum perempuan. Dalam beberapa istilah feminisme termaknai sebagai femina dengan maksud sifat-sifat perempuan. Dari istilah tersebut maka tidak heran jika feminisme selalu dikaitkan dengan ketidakadilan yang sering diperlakukan dalam bentuk marginalisasi peran dalam berbagai bidang dibandingkan kaum laki-laki.

Selanjutnya, Patriarki-modern penekanannya adalah potret perempuan yang masih terbelenggu dalam aspek adat leluhur di era globalisasi. Gerak mobilisasi tidak pernah bebas. Meskipun telah terpengaruh dari sempalan gaya pandangan luar tetapi belum bisa membebaskan diri dari pusaran etno-patriarki. Etno-patriarki cenderung mengidentikan diri seseorang terhadap pembanggaan budaya dari bentukan patriarkinya. Masuk akal memang karena ikatan patriarkinya masih terlihat kental dan jelas. Sehingga secara makna lebih condong mereposisi definisi perempuan jawa dalam segmentasi tersebut. Hal tersebut dirasa masuk akal mengingat didukung fakta historis perempuan Samin masih dalam ikatan identitas dibawah kaum laki-laki. Rekonstruksi bentuk patriarki-modern yang masih terlihat merupakan dari perilakunya yang taat pada kebiasaan dan ajaran yang telah dibangun melalui kebudayaannya.

Ranah patriarki yang sering dibentuk oleh masyarakat desa-jawa karena mereka masih patuh terhadap ajaran leluhurnya.  [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar