Halaman

Rabu, 12 April 2017

ketika fitnah politik menjadi andalan rezim penguasa



ketika fitnah politik menjadi andalan rezim penguasa

Terjadi di negara seperti apa, kapan yerjadinya, tidak masalah. Bukan karena pilih kasih dan pilah kisah, namun masih layak diperhitungkan ulang di jagad raya ini.

Wajar jika suatu pihak rezim penyelenggara negara dan penggerak roda pemerintahan sarat dengan beban moral. Perang batin moral. Pada saat yang sama, yaitu saat  harus memenuhi kewajiban moral dari janji kampanye sekaligus wajib menyenangkan bandar politik dari negara paling bersahabat beriiringan dengan mengenyangkan barikade utamanya.

Belajar dari pendahulunya yang memakai asas pemerataan pembangunan, maka dibangunlah peradaban baru. Dengan karakter memisahkan politik dengan agama. Jika terjadi penistaan agama, penodaan agama, pengingkaran agama itu urusan umat ybs, hanya masuk ranah agama. Pemerintah tidak mau campur tangan walau secara secara terang benderang sudah jelas keberpihakannya.

Fitnah politik merupakan sinerji dari fitnah tahta, fitnah harta, dan fitnah wanita. Yang terakhir disebut bukan untuk mendiskreditkan kaum hawa, perempuan, wanita. Emansipasi politik wanita malah menjerumuskan penganutnya ke kubangan politik yang serba aneh, asing, ajaib.

Langkah catur politik rezim penguasa yang hanya sekedar mempertahankan kekuasaan yang ditambah dengan angan-angan politik untuk bisa memperpanjang masa jabatan secara konstitusional, ibarat  serigala menggembala pasukan domba.

Ataukah adegan hari ini, di negeri yang masih dalam baying-bayang peradaban berkemajuan, yang menjadi rezim penguasa adalah kawanan serigala politik atau komunitas domba yang taat dengan asas kepatuhan, kesetiaan di bawah komunikasi, koordinasi, kendali pihak sono-nya. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar