Halaman

Kamis, 27 April 2017

aksi atas nama dewa tikus got, tikus kotor, tikus ndas ireng di khayangan, perdayakanlah Indonesia



aksi atas nama dewa tikus got, tikus kotor, tikus ndas ireng di khayangan, perdayakanlah Indonesia

Bangsa dan negara Indonesia seolah memang tak putus dari cobaan dan ujian dari langit. Sebagai akumulasi hasil panen dari apa yang ditanam oleh anak bangsa. Setiap satu periode lima tahun, aksi tanam tanpa pandang bulu. Yang penting atas titah penguasa di seberang lautan yang tak tampak.

Tanah air menjadi perpanjangan kuasa untuk sebagai perluasan tanah air mereka. Kalau perlu membuat gugus daratan ala reklamasi, mengelola dengan cara membeli pulau kecil, menggalakan otoritas kawasan berikat dengan dalih investasi asing.

Di bawah kerling, ketiak, kendali penguasa tunggal daratan tempat bermukim negara paling bersahabat, kepala negara sudah bertekuk lutut. Siap melaksanakan segala petintah. Siaga melayani aspirasi mereka tak pakai mikir.

Menguasai jiwa rendah diri bumiputera, pribumi, penduduk atau warga negara asli,  tidak harus melalui daerah pinggiran, terpencil, terbelakang, kurang beruntung, kumuh. Lebih berdaya guna, berhasil guna langsung ambil alih ibukota NKRI.

Selain itu, kedigdayaan sebagai pelaku ekonomi sudah terbukti secara  historis, turun temurun penguasaannya atas pelaku politik Nusantara yang sedang kontrak politik, dengan status dan strata apapun.

Kita optimis, masih banyak anak bangsa yang cinta tanah air, siap bela negara sebagai alternatif terakhir menjaga persatuan dan keutuhan Indonesia, melestarikan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar