aksi atas
nama dewa tikus got, tikus kotor, tikus ndas ireng di khayangan, perdayakanlah
Indonesia
Bangsa dan negara
Indonesia seolah memang tak putus dari cobaan dan ujian dari langit. Sebagai akumulasi
hasil panen dari apa yang ditanam oleh anak bangsa. Setiap satu periode lima
tahun, aksi tanam tanpa pandang bulu. Yang penting atas titah penguasa di
seberang lautan yang tak tampak.
Tanah air menjadi
perpanjangan kuasa untuk sebagai perluasan tanah air mereka. Kalau perlu
membuat gugus daratan ala reklamasi, mengelola dengan cara membeli pulau kecil,
menggalakan otoritas kawasan berikat dengan dalih investasi asing.
Di bawah kerling,
ketiak, kendali penguasa tunggal daratan tempat bermukim negara paling
bersahabat, kepala negara sudah bertekuk lutut. Siap melaksanakan segala
petintah. Siaga melayani aspirasi mereka tak pakai mikir.
Menguasai jiwa rendah
diri bumiputera, pribumi, penduduk atau warga negara asli, tidak harus melalui daerah pinggiran,
terpencil, terbelakang, kurang beruntung, kumuh. Lebih berdaya guna, berhasil
guna langsung ambil alih ibukota NKRI.
Selain itu, kedigdayaan sebagai pelaku
ekonomi sudah terbukti secara historis, turun temurun penguasaannya atas
pelaku politik Nusantara yang sedang kontrak politik, dengan status dan strata apapun.
Kita optimis, masih
banyak anak bangsa yang cinta tanah air, siap bela negara sebagai alternatif terakhir
menjaga persatuan dan keutuhan Indonesia, melestarikan proklamasi kemerdekaan
17 Agustus 1945. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar