Halaman

Sabtu, 15 April 2017

aksi Jokowi mendongkrak pamor ojek payung



aksi Jokowi mendongkrak pamor ojek payung

Jokowo utawa Joko Widodo, siapa lagi kalau bukan presiden ke-7 NKRI.  Aroma irama filosofi  filasafati kejawen sangat mendominasi pola pikir, gaya ucap/tawa, dan laku tindaknya. Saya tidak tahu apakah Jokowi jika ibarat main catur, akan memerankan atau memainkan dirinya pada posisi raja. Ataukah di papan catur, kedudukan Jokowi bukan sebagai raja. Seperti kapan bajaj mau belok, berhenti, atau balik badan.

Media massa secara jujur dan netral memberitakan ujaran kekecewaan Jokowi atas sikap raja Arab Saudi,  yang hanya menggelontorkan inevestasi jauh dari dugaannya. Seperti biasa, jika hasil liputan dan tayangan, disandingkan, dibandingkan, ditandingkan tampak sewajah tapi tak serupa. Tergantung kadar jurnalistik awak media.

Daya tarik tidak hanya pada judul, tapi ada penambahan kesan dengan foto. Lengkap sudah keluhan sang presiden RI. Demi menjaga martabat kepala negara dan wibawa negara, berita tsb tidak saya tayangkan di sini. Selain banyak versi media penayang, takut didakwa melakukan perbuatan tidak menyenangkan penguasa.

Namun tak salah kalau lelakon tadi sebagai panutan penduduk dan warga negara Indonesia. Apakah sentime negatif /positif presiden akan mempengaruhi nilai tukar uang mereka terhadap Rp. Atau harga minyak arab akan semakin licin.

Memang, saya belum mendengar komentar pakar “keluhan presiden”. Rahasia umum, di pihak berbeda, Jokowi sduah siap pasang badan atas masuknya investasi dari negara paling bersahabat, RRT atau entah apa nama resminya. 

Perseteruan antara transportasi konvensional vs transportasi daring, seolah terlupakan. Mendadak ojek payung di musim hujan, menjamur. Karena ada keteladanan, percontohan langsung dari presidennya. Biasanya, tentu ada pihak tertentu yang ikut meramaikan sekaligus mengambil keuntungan. Walau tidak menjala di air keruh. Tunggu saja waktu dan tanggal tayangan episode berikutnya. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar