perlu revisi peribahasa
tentang modus operandi dan loyalitas buaya
Ki dalang Sobopawon
bukannya mau pilih kasih dan pilah kasih untuk merekayasa, mengagendakan,
mereka ulang sejarah, kronologi riwayat buaya. Sejatinya secara yuridis formal
versi beberapa penutur lokal, buaya berada di wilayah sekaligus di bawah kekuasaan
raja hutan, raja rimba atau penguasa tunggal jagad fauna. Habitat buaya yang
khas, terkait dengan sungai, rawa atau memang tempat yang basah, tak heran
secara turun temurun buaya didaulat sebagai raja sungai.
Bagaimana watak asli,
karakter dasar buaya, tergantung daya imajinasi
penutur.padahal tergantung klasifikasi dan kualifikasi buaya. Singkat kata,
minimal kita bisa mengacu peribahasa yang mengacu kepada buaya. Baik secara
tampilan fisik, profil, sosok sampai isi
hati dan tindakan buaya. Pembaca lebih dari tahu.
Hebatnya lagi kawan,
seolah sejarah kehidupan manusia dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegaranya kalau tidak ada buaya betulan sampai buaya jadi-jadian, menjadi
hambar. Hidup seolah tidak ada tantangan.
Yang jelas, jangan
coba-coba melawan buaya. Buaya koq dilawan, kata pariwara obat anti nyamuk. Apalagi
sekadar “cicak”. Memang kata yang empunya cerita, buaya kalahnya sama kecerdikan
atau “akal buaya” sang kancil. Buaya tidak pernah menang melawan Tarzan.
Status buaya memang
menjadi multifungsi. Banyak manusia salah duga dengan diamnya buaya. Salah kira
dengan posisi buaya yang sedang berjemur, tampak jinak, bersahabat. Salah sangka
saat buaya membuka rahang atas mulutnya – berlawanan dengan manusia yang
membuka rahang bawah mulutnya – dikira mau ajak bercanda dalam maut. Salah terka
kalau buaya di darat, akan mudah dijinakkan.
Rakyat pun salah tafsir
dengan eksistensi, jati diri serta langkah catur politik buaya. Apakah buaya
memakai asas kapatuhan terhadap penguasa tunggal dunia fauna, atau bebas
melenggang di rimba politik Nusantara. Kawan politik, apalagi lawan politik
akan berfikir berulang kali untuk akrab dengan sosok berseragam coklat-coklat
ini.[HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar