Halaman

Jumat, 21 April 2017

politik jangan dibawa mati atau bekal mati



politik jangan dibawa mati atau bekal mati

Menegakkan agama Allah termasuk diantaranya adalah menjalankan politik dengan benar dan baik. Apalagi kalau menjelma dalam wadah bernama partai politik. Tegaknya agama Islam yang diawali dan didasari oleh sosok ‘yang dapat dipercaya’ untuk memperbaiki akhlak umat serta kembali ke agama tauhid, bukannya tanpa taktik, strategi dan sejenisnya atau apapun namanya yang merupakan bentuk nyata jati diri dan eksistensi politik.

Memang orang atau manusia politik yang berideologi tidak ada matinya, tidak mengenal pensiun. Tak kalah pentingnya adalah pendidikan politik sambil praktik, pengkaderan yang dilakukan melalui persaingan bebas. Bukan memakai jalan pintas karena kekerabatan, kedekatan atau kemampuan modal finansial.

Tidak salah kalau “ilmu politik” bisa diwariskan ke anak ideologisnya. Minimal harus seperti keluarga tani. Sejak kecil anak petani sudah akrab dengan lumpur sawah. Terlibat beberapa kali siklus tanam padi, secara magang, nyantri di padepokan para petani, praktik langsung dan berguru kepada kearifan alam.

Konon politik Nusantara yang ingin memisahkan antara agama dengan politik, diperparah ideologi tertutup yang berasumi tidak ada hari akhir politik setelah kematian politik. Iki karepé opo paklik. Ojo waton njeplak mbokdé.

Pasal politik memang masuk daerah abu-abu, karena antara kutub halal dan kutub haram di satu area, lokasi, lokus. Jaraknya menjadi dinamis, tergantung pelakunya. Bisa jauh, dapat dekat serta malah “disatukan” dengan atas nama kebebasan berekspresi. Di industri politik seolah memang menghalalkan segala cara. Secara konstitusional menjadikan modus operandi politik menjadi legal, sah sesuai pasal hukum dan tidak bisa dipidanakan.

Memahami hakikat berpolitik yang merupakan bagian integral dari beragama, antara nilai yang hak dengan kadar kandungan yang batil menjadi jelas, terstandarisir, terstruktur dan terpolakan. Memang, berpulang dan tergantung manusianya. Niat fokus kejar untuk terjebak nikmat dunia atau utamakan urusan dengan Allah, mencari tiket balik ke kampung akhirat. Bekalnya termasuk amal politik. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar