politik jangan dibawa mati atau
bekal mati
Menegakkan agama Allah termasuk diantaranya adalah menjalankan politik
dengan benar dan baik. Apalagi kalau menjelma dalam wadah bernama partai
politik. Tegaknya agama Islam yang diawali dan didasari oleh sosok ‘yang dapat
dipercaya’ untuk memperbaiki akhlak umat serta kembali ke agama tauhid,
bukannya tanpa taktik, strategi dan sejenisnya atau apapun namanya yang merupakan
bentuk nyata jati diri dan eksistensi politik.
Memang orang atau manusia politik yang berideologi tidak ada matinya, tidak
mengenal pensiun. Tak kalah pentingnya adalah pendidikan politik sambil
praktik, pengkaderan yang dilakukan melalui persaingan bebas. Bukan memakai jalan
pintas karena kekerabatan, kedekatan atau kemampuan modal finansial.
Tidak salah kalau “ilmu politik” bisa diwariskan ke anak ideologisnya. Minimal
harus seperti keluarga tani. Sejak kecil anak petani sudah akrab dengan lumpur
sawah. Terlibat beberapa kali siklus tanam padi, secara magang, nyantri di
padepokan para petani, praktik langsung dan berguru kepada kearifan alam.
Konon politik Nusantara yang ingin memisahkan antara agama dengan politik,
diperparah ideologi tertutup yang berasumi tidak
ada hari akhir politik setelah kematian politik. Iki karepé opo paklik. Ojo waton njeplak mbokdé.
Pasal politik memang masuk daerah abu-abu, karena antara kutub halal dan
kutub haram di satu area, lokasi, lokus. Jaraknya menjadi dinamis, tergantung
pelakunya. Bisa jauh, dapat dekat serta malah “disatukan” dengan atas nama
kebebasan berekspresi. Di industri politik seolah memang menghalalkan segala
cara. Secara konstitusional menjadikan modus operandi politik menjadi legal,
sah sesuai pasal hukum dan tidak bisa dipidanakan.
Memahami hakikat berpolitik yang merupakan bagian integral dari beragama,
antara nilai yang hak dengan kadar kandungan yang batil menjadi jelas,
terstandarisir, terstruktur dan terpolakan. Memang, berpulang dan tergantung
manusianya. Niat fokus kejar untuk terjebak nikmat dunia atau utamakan urusan
dengan Allah, mencari tiket balik ke kampung akhirat. Bekalnya termasuk amal
politik. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar