Menu Dendam Politik ala
Joko Widodo
Tak ada yang salah pada sikap politik, gaya politik Jokowi yang tetap setia
pada pasangannya di pilgub DKI Jakarta 2012. Artinya Jokowi tidak terkena
penyakit politik “pecah kongsi”. Efek domino pecah kongsi, atau bahkan gejala
potensial pecah kongsi sudah terdeteksi sejak dini. Namanya politik, faktor
popularitas, jual nama beken, pesohor, sangat menentukan.
Ketika dwitunggal Soekarno – Hatta pecah kongsi, Bung Karno jalan sendiri
sebagai presiden. Jangan dimaknai pecah kongsi menjadi budaya politik. Mengacu
atau meneladani yang pernah terjadi di republik ini. Wajar kalau hanya pasangan
bupati/walikota dengan wakilnya, tidak bisa sampai akhir periode. Kontrak
politik lima tahun atau satu periode tak mampu dilaksanakan sesuai sumpah
dan/atau janji jabatan.
Tentunya saat Jokowi menjadi presiden 2014-2019, yang mau tak mau harus
meninggalkan pasangannya untuk jalan sendiri sampai akhir periode di 2017. Demi
kesetiakawanan politik, Jokowi tentu menginginkan ‘sang wakil’ nasibnya selalu
dalam posisi sebagai wakilnya, dimana pun Jokowi bertengger.
Langkah catur politik, dadu politik utama Jokowi adalah memuluskan dan meluluskan
sang wakil di pilkada serentak, Rabu 15 Februari 2017. Maju sebagai gubernur
petahana, penjawat. Karena paslon ada 3, maka terjadilah putaran kedua pilgub
DKI Jakarta pada Rabu 19 April 2017. Di atas kertas, Jokowi sudah superyakin
kalau ‘sang wakil’ akan melaju selama lima tahun ke depan. Terus akan diajak
main politik di pesta demokrasi 2019.
Sayangnya, Jokowi terbuai oleh ambisi politiknya, sehingga nalar, logika,
akal, insting politiknya menjadi tumpul, mandul. Tidak sekedar menggunakan
pengaruh kekuasaannya, Jookowi bahkan menggunakan total kekuasannya untuk
merestui ‘sang wakil’. Memang di kamus politik Jokowi tidak mengenal lema ‘moral
politik’. Semua dianggap baik-baik saja. Namanya kamrad
Bayangkan semua kekuatan pro-pemerintah sudah pasang badan, berani malu,
siap berjibaku berdiri paling depan di belakang Jokowi minus JK. Tidak perlu
mikir, siapa yang dihadapi. Pakai semboyan “gebug dulu, rembug kemudian”.
Jelas kalau Jokowi pantang surut, pantang menyerah. Laku konstitusional
akan dijalankan. Bahwa 2019 lebih menggiurkan. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar