Halaman

Selasa, 25 April 2017

Menu Dendam Politik ala Joko Widodo



Menu Dendam Politik ala Joko Widodo

Tak ada yang salah pada sikap politik, gaya politik Jokowi yang tetap setia pada pasangannya di pilgub DKI Jakarta 2012. Artinya Jokowi tidak terkena penyakit politik “pecah kongsi”. Efek domino pecah kongsi, atau bahkan gejala potensial pecah kongsi sudah terdeteksi sejak dini. Namanya politik, faktor popularitas, jual nama beken, pesohor, sangat menentukan.

Ketika dwitunggal Soekarno – Hatta pecah kongsi, Bung Karno jalan sendiri sebagai presiden. Jangan dimaknai pecah kongsi menjadi budaya politik. Mengacu atau meneladani yang pernah terjadi di republik ini. Wajar kalau hanya pasangan bupati/walikota dengan wakilnya, tidak bisa sampai akhir periode. Kontrak politik lima tahun atau satu periode tak mampu dilaksanakan sesuai sumpah dan/atau janji jabatan.

Tentunya saat Jokowi menjadi presiden 2014-2019, yang mau tak mau harus meninggalkan pasangannya untuk jalan sendiri sampai akhir periode di 2017. Demi kesetiakawanan politik, Jokowi tentu menginginkan ‘sang wakil’ nasibnya selalu dalam posisi sebagai wakilnya, dimana pun Jokowi bertengger.

Langkah catur politik, dadu politik  utama Jokowi adalah memuluskan dan meluluskan sang wakil di pilkada serentak, Rabu 15 Februari 2017. Maju sebagai gubernur petahana, penjawat. Karena paslon ada 3, maka terjadilah putaran kedua pilgub DKI Jakarta pada Rabu 19 April 2017. Di atas kertas, Jokowi sudah superyakin kalau ‘sang wakil’ akan melaju selama lima tahun ke depan. Terus akan diajak main politik di pesta demokrasi 2019.

Sayangnya, Jokowi terbuai oleh ambisi politiknya, sehingga nalar, logika, akal, insting politiknya menjadi tumpul, mandul. Tidak sekedar menggunakan pengaruh kekuasaannya, Jookowi bahkan menggunakan total kekuasannya untuk merestui ‘sang wakil’. Memang di kamus politik Jokowi tidak mengenal lema ‘moral politik’. Semua dianggap baik-baik saja. Namanya kamrad

 Bayangkan semua kekuatan pro-pemerintah sudah pasang badan, berani malu, siap berjibaku berdiri paling depan di belakang Jokowi minus JK. Tidak perlu mikir, siapa yang dihadapi. Pakai semboyan “gebug dulu, rembug kemudian”.

Jelas kalau Jokowi pantang surut, pantang menyerah. Laku konstitusional akan dijalankan. Bahwa 2019 lebih menggiurkan. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar