Halaman

Senin, 10 April 2017

dua semut beda partai terjebak di bawah gelas kacaku



dua semut beda partai terjebak di bawah gelas kacaku


Kejadiannya sudah terjadi dan terjadi secara tak sengaja, walau saat itu ada waktu sepersekian detik untuk berupaya agar kejadian tadi tak terjadi.

Kisahnya sederhana. Malam itu saya minum air putih yang masih ada di gelas kaca saya. Ukuran gelas yang memang juga berfungsi sebagai tandon air. Tidak pantas kalau untuk disuguhkan ke tamu.

Gelas terletak di meja dapur. Wajar kalau ada semut berbagai suku bangsa berkeliaran. Cicak pun tak mau ketinggalan meramaikan dan memanfaatkan ceceran makanan/minuman.

Walau minum air putih dan haus sekalipun, harus dinikmati. Seteguk demi seteguk. Diawali dengan doa, minimal baca basmalah. Siapa tahu ada bibit penyakit bersarang di bibir gelas. Maklum gelas jarang dicuci. Cuma untuk minum air putih. Kecuali kalau gelas terbuka karena tutupnya tersenggol cicak.

Usai minum, waktu saya mau letakkan gelas ke tempat semula, terlihat ada dua ekor semut, beda ukuran seperti sedang berhadap-hadapan. Entah sedang saling ujar kebencian atau sedang diskusi bahas situasi keamanan negara. Yang jelas, mereka saling sibuk dan asyik, sebagai kawan politik atau lawan politik, suaranya tak sampai ke telingaku. Tahu ada gelas terbang yang mau mendarat, dua ekor semut tadi tidak bergeming sedikitpun.

Memang sekeling area agak sepi dari semut. Atau antar mereka saling acuh, karena beda kepentingan. Saya pikir, kalau diusir takut melanggar HAM, takut diduga sudah merencanakan dan niat mbalelo.

Gelas kuletakkan pelan, agar mereka tak kaget dan berhamburan. Ternyata mereka tetap tenang dengan posisi semula. Kulihat lewat dasar kaca yang menjadi kaca pengecil, dua semut tadi hanya bergeser berputar searah jarum jam. Melakukan manuver politik.

Jelang azan subuh, kuniat minum air putih, sebelum wudhu. Saat kuangkat tutup gelas, lega semut masih hidup. Mereka masih siaga saling pelotot. Cuma jaraknya sudah saling menjauh. Tidak ada kata sepakat atau MoU. Tidak ada tanda-tanda bekas keributan atau duel.

Begitu gelas kuangkat, mereka langsung balik kanan dan dengan langkah sempoyongan pergi meninggalkan panggung politik, ke arah yang berlawanan. Tanpa jabat tangan. Bisa jadi karena kelaparan, terjebak, kalau ukuran waktu semut sudah sangat lama. Mungkin mereka pemain tunggal, karena tidak ada gerombolannya yang menunggu atau yang menyambut.[HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar