dua semut beda partai
terjebak di bawah gelas kacaku
Kejadiannya sudah terjadi dan terjadi secara tak sengaja,
walau saat itu ada waktu sepersekian detik untuk berupaya agar kejadian tadi tak
terjadi.
Kisahnya sederhana. Malam itu saya minum air putih yang
masih ada di gelas kaca saya. Ukuran gelas yang memang juga berfungsi sebagai tandon
air. Tidak pantas kalau untuk disuguhkan ke tamu.
Gelas terletak di meja dapur. Wajar kalau ada semut
berbagai suku bangsa berkeliaran. Cicak pun tak mau ketinggalan meramaikan dan
memanfaatkan ceceran makanan/minuman.
Walau minum air putih dan haus sekalipun, harus
dinikmati. Seteguk demi seteguk. Diawali dengan doa, minimal baca basmalah. Siapa
tahu ada bibit penyakit bersarang di bibir gelas. Maklum gelas jarang dicuci. Cuma
untuk minum air putih. Kecuali kalau gelas terbuka karena tutupnya tersenggol
cicak.
Usai minum, waktu saya mau letakkan gelas ke tempat
semula, terlihat ada dua ekor semut, beda ukuran seperti sedang
berhadap-hadapan. Entah sedang saling ujar kebencian atau sedang diskusi bahas
situasi keamanan negara. Yang jelas, mereka saling sibuk dan asyik, sebagai
kawan politik atau lawan politik, suaranya tak sampai ke telingaku. Tahu ada
gelas terbang yang mau mendarat, dua ekor semut tadi tidak bergeming
sedikitpun.
Memang sekeling area agak sepi dari semut. Atau antar
mereka saling acuh, karena beda kepentingan. Saya pikir, kalau diusir takut
melanggar HAM, takut diduga sudah merencanakan dan niat mbalelo.
Gelas kuletakkan pelan, agar mereka tak kaget dan berhamburan.
Ternyata mereka tetap tenang dengan posisi semula. Kulihat lewat dasar kaca
yang menjadi kaca pengecil, dua semut tadi hanya bergeser berputar searah jarum
jam. Melakukan manuver politik.
Jelang azan subuh, kuniat minum air putih, sebelum wudhu.
Saat kuangkat tutup gelas, lega semut masih hidup. Mereka masih siaga saling
pelotot. Cuma jaraknya sudah saling menjauh. Tidak ada kata sepakat atau MoU. Tidak
ada tanda-tanda bekas keributan atau duel.
Begitu gelas kuangkat, mereka langsung balik kanan dan
dengan langkah sempoyongan pergi meninggalkan panggung politik, ke arah yang
berlawanan. Tanpa jabat tangan. Bisa jadi karena kelaparan, terjebak, kalau
ukuran waktu semut sudah sangat lama. Mungkin mereka pemain tunggal, karena
tidak ada gerombolannya yang menunggu atau yang menyambut.[HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar