Halaman

Sabtu, 01 April 2017

mukiyo babak belur, pasal makar vs kejahatan politik



mukiyo babak belur, pasal makar vs kejahatan politik

Ujar keprihatinan ki dalang Sobopawon saat merasakan kemelut kehidupan berbangsa dan bernegara, saking judegnya malah uro-uro tembang mencuplik lagu anak-anak : “kalau sudah besar mau makar”. Rengeng-rengeng dikolaborasikan dengan lagu lainnya yang mirip. Sempat terdengar syair “ … kodok ngorek … “

Sekitar tahun jelang 1965, saya bersepeda keliling alun-alun lor, depan kraton Yogyakarta. Zaman saya masih duduk di bangku SR. Sekitar dua ringin kurung, ramai orang gelar, bukan jualan. Tapi main judi dengan dadu, dsb. Jalan sebelah selatan alun-alun lor, tampak dengan santai lewat polisi bersepeda. Sepeda lanang, plantangan berfungsi sebagai gantungan tas kerja, dari kulit.

Dengan tenang pak polisi kayuh sepeda, dari arah timur ke barat, mata menatap orang-orang yang sibuk main judi. Tanpa komando, beberapa tukang judi langsung kukut, bergegas pergi. Saat itu, wibawa polisi terasa. Tidak perlu ada grebegan. Pengendara motor, yang merasa di bawah umur atau surat tidak ada/komplit, jika lewat jalan Gondolayu, dengan rasa was-was. Terlebih jika dengar suara peluit, atau orang nyemprit, bisa ciut nyali. Karena lewat kantor poltas.

Beberapa tahun kemudian, ketika motor sudah akrab dengan jalanan di Yogya. Di bawah slebor belakang ada benda yang berfungsi menahan cipratan air hujan dari ban. Menarik, karena masuk era dengan gambar polisi dan/atau tulisan “priit jigo”. Komunikatif, aspiratif dan sedikit nylekit.

Judi buntut, NALO, SDSB (sudomo datang semua beres), menjadikan orang mendatangi tempat wingit untuk cari kode buntut. Di pinggir jalan, orang jual judi buntut mengalahkan warung sop buntut. Orang berkerumun, seperti markas telik sandi. Sibuk memecahkan kode yang diedarkan resmi oleh harian terlaris. Ada istilah THR (tunjangan hari Rabu), orang berjubel menunggu pengumuman penetapan  pemenang berhadiah.

Cerita saya akhiri, saya pernah kaget, walau tak terkaget-kaget, dari sekian pengunjung setia warung buntut, ada oknum bercelana dril keki. Berkaos coklat muda. Seragam opas. Sebagai pengaman atau fungsi lain.[HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar