Bersegera Mewujudkan
Masyarakat Khairu Ummah
KETETAPAN ALLAH
Manusia adalah makhluk yang terbaik dijadikan Allah serta mempunyai kesediaan untuk
baik dan untuk buruk. Manusia makhluk yang terbaik rohaniah dan jasmaniah,
tetapi mereka akan dijadikan orang yang amat rendah jika tidak beriman dan
beramal saleh; Allah adalah Hakim Yang Maha Adil. Manusia diciptakan Allah mempunyai
naluri beragama yaitu agama tauhid.
Penuturan riwayat, kisah, cerita pada permulaan surat Al Israa' imengandung isyarat bahwa Nabi
Muhammad saw. beserta umatnya kemudian
hari akan mencapai martabat yang tinggi dan akan menjadi umat yang besar.
Bagi umat Islam, untuk menjadi umat
terbaik bukan sekedar cita-cita, mimpi maupun tujuan hidup, bahkan sebagai
sebuah kewajiban. Sedemikian hakikat umat terbaik, ada kewajiban harian sampai
kewajiban seumur hidup. Karena syarat, kriteria predikat Khairu Ummah sarat dengan makna menjalankan proses setumpuk
kewajiban sebagai hamba-Nya. Sebagaimana firman-Nya yang diabadikan lewat [QS Ali ‘Imran (3) : 110] :
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik
bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik.”
Jadi, kriteria Khairu Ummah ada tiga, yaitu : 1) menyuruh kepada yang ma'ruf, 2) mencegah dari yang
munkar, dan 3) beriman kepada Allah. Tiga keriteria in tentunya sebagai satu
sistem, satu rangkaian yang saling mempengaruhi. Ma'ruf adalah segala
perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya. Juga
merupakan ciri dari tugas dari fungsi organik masyarakat Islam.
Khairu Ummah merupakan bagian atau bentuk dari masyarakat
ideal, bersama dengan Ummatan Wahidah, Ummatan
Wasathan (masyarakat yang berada di pertengahan dalam arti moderat), Ummatan Muqtashidah (kelompok
pertengahan), Khairu Ummah (umat
terbaik).
KAPAN BERTINDAK
Wajar jika muncul pertanyaan, timbul keingintahuan, yaitu
kalau kriteria “beriman kepada Allah” sifatnya individual. Tidak sekedar dari
konsekuensi logis dari menjiwai dua kalimat syahadat. Juga bukan sekedar
bagiamana memaknai Rukun Iman.
Untuk melaksanakan keriteria pertama dan kedua, tentu
butuh ilmu, perlu energi khusus. Terlebih jika melihat subyek yang akan kita
suruh, ajak dan/atau yang akan kita cegah. Umat Islam sebagai warga negara dan
penduduk terikat pada sistem pemerintahan. Kendati pemerintah secara tak sadar
lebih menonjolkan merasa lebih baik tentang kedudukan duniawi, kekuasaan
dan kekuatan.
Islam sudah menegaskan, lakukan laku
keteladanan, mulai dari diri sendiri, membudayakan sifat yang baik sehingga
bisa menjadi panutan, mau tak mau, adalah bentuk diam namun berdaya guna
daripada lisan menyuruh kepada yang ma'ruf.
Islam juga mengajarkan pada saat mencegah kemunkaran
jangan dengan cara malah membuat kemunkaran lain. Kendati aparat penegak hukum,
lembaga hukum mandul atau tebang pilih.
Umat Islam sebagai individu, wajib
menjalankan 3 kriteria agar menggapai derajat umat terbaik atau Khairu Ummah. Di hati kecil kita
terbesit bahwa batasan umur 40 tahun tersurat di dalam Al-Qur’an sebagai ambang
batas dewasa. Bahkan ilmu barat mengatakan kehidupan manusia dimulai dari usia
40 tahun.
Tidak salah kalau ada yang pesimis, yaitu
untuk mengurus diri sendiri saja sudah kapiran, sudah klabakan, mosok harus
ikut-ikutan urusan orang lain. Bisa-bisa bisa dianggap cari penyakit, cari
perkara dan malah bisa mendapat stigma sebagai sudah terindikasi merencanaka
dan niat makar, kudeta. Acuan sejarah perjuangan bangsa diwarnai dengan dua
kali kudeta berdarah PKI,1948 dan 1965.
Memang ironis jika umat Islam hanya
duduk manis di bangku cadangan, menjadi bonek, bangga didaulat jadi tukang
keplok atau juru sorak dan ketawa. Lebih miris tanpa daya hanya berdaya sebagai
relawan berani mati, sedangkan yang maju umat lain.
SIMPUL DAN SARAN
Umat Islam tentu tidak ingin grafik
kehidupannya berakhir dengan happy ending,
mendapat predikat umat terbaik sekaligus (karena) mendapat pahala terbaik yaitu
syurga. Tidak ingin hidup di dunia hanya menjadi pelengkap penderita. Tetapi
memang harus hidup yang bermanfaat bagi manusia atau umat lain.
Rekam jejak umat Islam ditengarai
sebagai manusia unggul, kendati tidak bisa di semua bidang kehidupan. Minimal
terbaik dalam ibadah. Kehadirannya, keberadaannya sebagai sesuatu yang
ditunggu, dinanti, diharap oleh orang lain.
Jangan lupa, Al-Qur’an menegaskan
bahwasanya umat Islam dijadikan sebagai umat yang adil dan pilihan, karena mereka akan
menjadi saksi atas perbuatan orang yang menyimpang dari kebenaran baik di dunia
maupun di akhirat.
Jadi, masyarakat khairu ummah sesuai
judul ialah sebagai suatu bentuk ideal masyarakat Islam, atau masyarakat ideal
berdasarkan ajaran Islam. Identitasnya utamanya
adalah keimanan dan ketauhidan, komitmen, konsisten dan kontribusi nyata dan positif
kepada masyarakat hukum secara universal, total. Diawali, didasari dan loyalitas pada kebenaran yang hakiki
dengan aksi amar ma’ruf nahi munkar
secara bertimbal balik dan proporsional. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar