Halaman

Sabtu, 29 April 2017

gonjang-ganjing di palataran Nusantara, kepastian hukum pilih bulu vs stabilitas politik tanpa bulu



gonjang-ganjing di palataran Nusantara, kepastian hukum pilih bulu vs stabilitas politik tanpa bulu

Apapun menu politik di era mégatéga yang tersaji di panggung politik cepat saji, sudah kadaluwarsa, basi. Rakyat tanpa pendidikan politik sudah paham bagaimana jalannya drama, dagelan, sandiwara politik. Butuh berapa episode dan bagaimana akhir cerita, anak ingusan pun sudah bisa menduga.

Konsekuensi logis dari negara multipartai, memang sudah dimanfaatkan oleh penguasa secara optimal, menerus dan dengan langkah antisipatif. Jangan takjub kalau bagaimana pola dan modus operandi penguasa mengambil sikap terhadap elemen masyarakat, penduduk, warga negara atau gerakan moral yang unjuk rasa, unjuk raga di tempat umum.

Wajah keamanan dalam negeri bukannya ada daerah ramah anak, jalur aman bagi pejalan kaki, transportasi umum yang nyaman bagi penumpang namun bagaimana daya respon aparat keamanan terhadap keamanan, kenyamanan penguasa.

Aparat keamanan mampu menjelma menjadi kekuatan represif total.loyal bagi penguasa dan/atau pengusaha. Konflik kepentingan politik, seberapapun skala gempa politik, tetap dirasakan oleh rakyat.

Efek domino negara multipartai antara lain wabah multikonflik. Konflik horizontal yang seolah membenturkan rakyat dengan penguasa. Konflik vertikal antar penyuka ideologi sejenis adalah untuk mengamankan dirinya dari tuntutan dan jeratan pasal hukum.

Ketetapan niat DPR menggulirkan hak angket terhadap KPK semakin membuktikan jati diri politik lokal sudah tanpa ideologi.

Rakyat hanya menjadi pemirsa yang setia, bijak dan tak banyak komentar apalagi menuntut. Namun jika rakyat diam, tak ambil pusing, tak mau peduli terhadap kemungkaran politik, azab dari Allah akan menimpa semua. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar