Halaman

Sabtu, 22 April 2017

berkat murtad politik dua kubu PPP



berkat murtad politik dua kubu PPP

Langkah catur politik yang diambil oleh dua kubu Ketua Umum di PPP saat mensukseskan putaran kedua pilkada DKI Jakarta, rabu, 19 April 2017, bukan sekedar bermain api politik. Secara formal konstitusional dua kubu merapat mendukung pasangan calon gubernur dan wakil gubernur petahana, penjawat, tentu sebagai resultan dari hasil menggabungkan berbagai pasangan pola pikir, tindak tutur, perilaku yang kontradiktif.

Salah salahnya adalah menggabungkan naluri politik dengan insting bisnis. Bahkan yang paling parah adalah apakah dua kubu memisahkan agama dengan politik, lantas masuk babakan “lupa ideologi”. Di kamus politik belum tercantumkan secara resmi dan legal. Menterjemahkan hukum politik, bahasa politik dengan kalkulasi

Apapun tendensi kedua kubu tadi, yang kemungkinan besar pelakunya tidak tahu kalau dia tidak tahu. Kendati sang lokomotif sudah berikrar, bukan  jaminan rangkaian gerbong akan bergerak. Elit PPP atau yang ada di ring 1 satu saja yang bergeming. Sampai gerbong terakhir, masih ada waktu untuk menggunakan akal sehat, akal waras. Masih bisa membaca apa itu perbedaan, bukan sekedar asal toleransi.

Namanya politik, pagi berkibar, sore terkapar. Pagi satu ajang latihan, sore saling berhadapan. Pagi nongkrong nangkring sarapan gratis bersama, sore saling lempar sampah serapah. Pagi saling berjabat tangan, sore saling baku tangan.

Wolak-waliking zaman, kendati PPP sebagai partai yang digodok di kawah Candradimuka Orde Baru, tidak serta-merta, tidak otomatis landasan ideologinya semangkin kinclong. Aroma irama daya tarik berhala reformasi 3K (kuasa, kaya, kuat) sudah mendominasi tujuan berorganisasi. Salah, justru melihat nikmat dunia, lalu dihitung mundur untuk mencari pangkal tolak yang dianggap aman, praktis dan sukses dalam waktu sesingkat-singkatnya. Tidak pakai lama yang juga tidak perlu mikir njlimet sing gawé tambah mumet.

Jangan lupa kawan – bumbuné opo – sebelum sumpah jabatan DKI-1 dan DKI-2 Oktober 2017, bencana politik masih bebas mengintai. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar