wong KRT nusantara
Mengawali awal bulan, hari pertama,
jumat pertama september ceria 2023. Diksi ‘KRT’ bukan Kereta Rel Tunggal. Mau,
hendak, inginnya pemirsa cukup sederhana yaitu ‘ko-rup-tor’. Bicara budaya tipikor, harus hati-hati. Salah ketik, menggores
nama baik penguasa, elit parpol maupun pemulut lebar tirani minoritas. Sebut nama sambil jalan, sudah
dianggap melecehkan martabat ybs. Kendati ybs cuma lorodan masa lampau.
Begitu dan begini jadinya, ketika
kejahatan politik, kriminalitas politik menjadi adat, tradisi, budaya bahkan tolok ukur kejantanan bagi pria
sejati maupun perempuan paripurna. Terjadi di teritorial etnisitas tertentu. Sejarah punya kisah, tersebut ada kampung begal.
Menarik pajak dari rombongan pedagang yang lewat.
Penjahat di
negara maju, modern, tidak sejahtera tapi kaya. Pelaku kejahatan tidak kenal pasal melarikan diri, membuang barang bukti (termasuk melenyapkan saksi),
hindari razia, menghilangkan jejak, mempengaruhi proses sidik-selidik. Tetapi
mampu menentukan peradilan dan vonis perkara. Langganan masuk media massa arus
utama. Macam pelaku tipikor nusantara.
Suprémasi
dasar negara berupa gotong-royong. Suprémasi kedaulatan rakyat, demokrasi
bersebut multipartai. Pemirsa lintas
demokrasi langsung paham plus sepaham. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar