gadis bau bensin vs emak-emak bau jelantah
Ciri wanci zaman kalau
tidak melibatkan sosok kaum Hawa, kurang berdaya tarik, berdaya pikat, berdaya
pukau. Nusantara bahkan punya fenomena perempuan dalam goresan sejarah. Sebutan
wanita jalang mengalami penghalusan. Tapi kalau merujuk ke sosok pribadinya,
melekat pada diri ybs. Melegenda sampai manusia lupa. Tak sengaja ada pihak
juga tak sengaja menyebut media ruang luar, dst. Meluncur bebas menyebut baliho, papan iklan komersial. Ingatan
publik melayang ke satu nama ikon bakalan. Babon petelur digadang jadi
jago laga kandang.
Menanjak
ada sebutan cewek matre. Karena bukan gaya bahasan penulis. Lanjut ke hal dan
perihal kemanusiaan untuk seluruh rakyat
nusantara.
Dari seratus perempuan
berpolitik, menjadi kawan partai, pegiat partai ternyata hanya satu orang tidak
berpartai. Maka rakyat akan mengalihkan pilihan ke kerumunan emak-emak lain.
Cari model yang tidak seperti yang
sudah-sudah. Perempuan berpolitik maupun politik perempuan. Lazim jika naluri
keibuan mampu mengendus pasal-pasal yang mengaitkan dengan moral, agama
atau dinilai bertentangan dengan ideologi yang dipahaminya.
Perbuatan
tercela dalam kamus dan bahasa politik kian bias, samar-samar, daerah abu-abu.
Terlebih jika emak-emak pegang komando,
kendali, kekang. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar