rekonstruksi 2024, satukan samakan langkah jangan membelah diri
Bicara
membicarakan nusantara tak akan lepas dari konstribusi, kiprah, kinerja ummat
Islam, agama
Islam dan kaum bangsa keislaman. Hasrat merdeka mulai dari angkat senjata
melawan penjajah bangsa dan negara asing. Perjuangan fisik bersifat sporadis.
Pergerakan bersifat penguatan moral religiusitas lewat organisasi
kemasyarakatan (ormas).
Karakter
ummat Islam, bisa dan mau bersatu, bersinergi jika menghadapi musuh yang sama.
Pemilu
1955 terlihat potensi ummat Islam terkotak-kotak lewat parpol Islam, parpol
berlabel Islam, haluan
parpol Islam, identitas parpol Islam. Paham ideologi semakin paham bahwa
kepentingan menjadi tujuan. Faktor penentu
kebijakan partai. Tidak bisa berbagi, main rasa tenggang rasa.
Nasakom
jiwaku produk unggulan Orde Lama dengan BK-nya. Ummat Islam menjadi target, sasaran fisik pihak manapun. Khususnya
PKI (partai komunis Indonesia). Lanjut 1975 penyederhanaan organisasi sosial politik oleh rezim
militer-politik daripada Orde Baru. Peta rute nasib parpol Islam sudah
terpetakan secara sistematis.
2024, eksistensi dan
jati diri ummat Islam diuji ulang. Beban ujian tak beda jauh, hanya terasa lebih
masif, bernas, padat berisi, berat. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar