ditinggal BAB, nusantara ganti wajah
Orang selaku makhluk bumi, makhluk sosial, makhluk individu lebih
gemar disebut seperti dan atau
mirip manusia. Ketimbang dianggap wong-tenan. Apalagi mendapat label
wong-pintar. Pintar tok belum cukup. Syarat administrasi hidup
bernusantara. Gaya pintar-pintar itulah yang dicari. Adaptasi sampai laku ngapusi diri sendiri. Tampilan diri
sesuai tanggal ganjil dan atau genap. Performance agak ganjil maupun
kurang genap. Antara jam kerja dengan jam istirahat malam jauh beda.
Panggilan perut masih kalah
pamor dengan suara syahwat bawah perut. Pola berkesimbangan, kesetaraan menentukan
kadar kemanusiaan. Skala prioritas wujudan cerdas diri. Pola meja makan keluarga sampai persaingan internal berlanjut
berketurunan. Pisang satu tandan bisa beda nilai jual per sisir.
Justru model “amir kurus” utawa agak miring kurang
lurus menjadi idola generasi tanpa batas umur. Dibesarkan oleh zaman dan berakhir sesuai zaman. Bahkan sekali
tampil langsung terjun bebas. Kebiasaan
kawan partai belum jatuh tempo sudah digoyang mitra sendiri. Datang belakangan
langsung goyang pantat.
Main geser pantat antar kader. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar