15 september, Hari Demokrasi Internasional
Frase “buruh pendemo”, marak setiap
hari buruh dunia 1 mei. Buruh mungkin tidak paham dengan apa saja serikat (pe)kerja atau penamaan lain yang aktif. Berkat
eksistensi partai buruh nusantara, selaku
penyalur aspirasi, pembawa amanat risalah buruh sejahtera. Di bawah tekanan psikologis
pengusaha maupun aturan main penguasa berkekuatan hukum tetap. Aksi unjuk raga, unjuk rasa buruh akan dihadapi frontal aksi unjuk gigi bhayangkara.
Aktivis, pegiat
politik tanpa partai mendominasi makna demokrasi nusantara. Setiap era, zaman melahirkan pejuang berbarengan dengan mencetak
pecundang. Stigma “kelompok kriminal bersenjata” menunjukkan diplomasi
politik nusantara bebas aktif. Pendekatan pun beda dengan tumpas gerakan
radikal bebas, aksi terorisme, pasar bebas narkoba.
Suprémasi dasar negara berupa
gotong-royong. Suprémasi kedaulatan rakyat, demokrasi bersebut multipartai. Model
demokrasi nusantara kakèhan gapité. Parpol gurem pun paham sindikasi jual-beli
kursi konstitusi. Akhirnya malah mencetak bakalan pelaku tipikor.
Komplikasi jiwa demokrasi, pura-pura
tertawa vs tangis buatan. Panggung politik nusantara menampung semua karakter manusia politik. Pemain watak aneka model
mengalahkan karakter tokoh dan sosok
pewayangan. Tanpa mengurangi fakta aktual, tidak layak bébér apa saja. Hindari
salah sebut, salah gores nama baik. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar