batas akhir rezeki manusia
Tepat
berlipat. Kata rezeki masuk perkara ghaib. Apa bagaimananya menjadi hak
prerogatif Allah SWT. Semua umat manusia mendapatkan
limpahan rezeki dan curahan nikmat sehat bugar. Tarik nafas sedot oksigen
gratis. Perasaan, telah bekerja mati-matian. Rezeki lewat di depan matanya.
Hasilnya segitu-gitu saja. Pihak lain, duduk manis Rp yang mencarinya,
mendatanginya. Kelihatan tidak seperti berbuat apa-apa, rezeki tetap mengalir
bahkan berlimpah.
Manusia selaku makhluk
hidup, tidak akan lepas dari sistem desakan naluri dan dorongan hawa nafsu,
termasuk naluri keduniaan dan nafsu kekuasaan.
Semboyan
banyak anak banyak rezeki. Selaku pemahaman datangnya rezeki ke siapa, tidak
pandang bulu, batas umur, gender, status
dinamis sosial maupun asas bonus demografi. Dari arah tak terduga.
Rezeki bukan sekedar
hasil akhir dari proses manusia wajib kerja, wajib usaha, mencari nafkah. Paket rezeki anak manusia sudah dipatok oleh-Nya.
Anak membawa rezekinya masing-masing. Sesuap nasi di depan mata, belum
tentu rezeki kita. Rezeki orangtua bisa saja lewat anak-anaknya. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar