Halaman

Senin, 11 September 2023

walau saya lebih bodoh, tetap saja

walau saya lebih bodoh, tetap saja 

Pemirsa membaca judul terbawa emosi ‘saya’. Manggut-manggut tanda paham tanpa tengok kanan kiri. Yakin saja. Karena daya batinnya mengiyakan. Bayangkan usai tuntas simak akan mendapatkan fakta tak terduga. Mencetak judul sederhana lewat proses tidak sederhana. Kemauan plus kemampuan di atas rata-rata standar lokal.

Pilihan kata utawa diksi, semakin menunjukkan bobot. Daya pikat, potensi pukau wujudan kalimat memudahkan daya cerna pemerhati, pengamat. Tanpa niatan membaca, mencari acuan karya tulis atau motivasi iseng-iseng saja. Siapa nyana nanti akan mendapat tangkapan tidak seperti biasanya.

Judul bahkan utuhnya. Terlintas saat bersila di masjid kompleks, tunggu azan isya’. Memahami jamaah sejak maghrib. Menyerap kata hati yang terasah. Kontak batin dengan-Nya. Khazanah bakalan judul memperkaya kaya hati. Bilamana keadaan memaksa untuk angkat bicara, unjuk diri. Seolah bukan dia yang bicara.

Begitulah sejatinya keterkaitan dengan prosesi judul yang menggunakan lema’saya’. Bukan ‘aku’. Benang merah cerdas spiritual sosial dengan cerdas diri. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar